Tanggapan atas tulisan Wildan Yatim
Oleh: Taufikurahman
(Staf Pengajar Dept. Biologi FMIPA-ITB)
Wildan Yatim dalam tulisannya di Kompas (23 April 2003) berjudul “Ada bantahan terhadap teori evolusi ?” mempermasalahkan pernyataan yang dikemukakan oleh seorang dosen Biologi ITB dalam sebuah seminar di Semarang yang diberitakan di Kompas (8 Oktober 2002) yang menyarankan dilakukannya revisi terhadap silabus pelajaran Biologi, khususnya menyangkut pembahasan tentang teori evolusi. Dosen Biologi ITB yang dimaksud adalah saya. Pandangan tersebut saya sampaikan dalam kapasitas pribadi (bukan institusi Departemen Biologi ITB). Penolakan saya terhadap teori evolusi Darwin bukan seperti yang ditulis Wildan Yatim yaitu semata karena telah membaca buku-buku Harun Yahya. Sudah lama saya meragukan keabsahan teori Darwin, dan saya yakin tidak sedikit orang yang berpendirian seperti saya. Komentar Wildan Yatim tersebut memancing diskusi lebih lanjut, dan tentunya akan semakin menarik dan bernas bila banyak pakar Biologi, Palaentologi dan ilmu-ilmu yang terkait juga turut memberikan pendapatnya dalam suasana diskusi yang sehat, dengan menjunjung tinggi semangat ilmiah.
Teori Evolusi yang mana ?
Istilah evolusi memang telah banyak digunakan oleh berbagai cabang ilmu pengetahuan, apalagi bila menggunakan definisi umum seperti yang digunakan Wildan Yatim bahwa “evolusi artinya perubahan berangsur-angsur sesuai dengan perubahan zaman’, maka makna evolusi menjadi sangat luas, padahal itu sudah diluar konteks teori evolusi Darwin. Bahkan sering terjadi kesalahpahaman dimana tahapan-tahapan embriologis seperti yang ditulis Wildan Yatim dipandang sebagai proses evolusi pada manusia, padahal proses tersebut dalam biologi disebut sebagai proses perkembangan biologis, bukan merupakan proses evolusi.
Dalam bidang geologi, buku The principle of Geology karya Charles Lyell (1830) yang banyak menginspirasi Darwin, mengungkapkan konsep tentang perubahan geologis. Dalam bidang fisika atau astronomi juga dikenal konsep evolusi alam semesta yang bermula dari peristiwa big-bang, kemudian menjadi benda-benda angkasa berupa planet, bintang, bulan, dsb. Demikian juga dalam bidang sosial ada konsep evolusi sosial-budaya. Konsep evolusi geologis, evolusi alam semesta dan evolusi sistem sosial-budaya bukan merupakan konsep yang dipermasalahkan baik oleh Harun Yahya maupun saya.
Walaupun demikian patut direnungkan bahwa teori evolusi Darwin juga ternyata berimplikasi terhadap ideologi. Ernst Haeckel (1863), seorang ahli Zoologi Jerman, yang sangat termotivasi oleh teori evolusi Darwin, meyakini bahwa Darwinisme dapat digunakan menjadi alat ideologis yang akan membentuk masa depan kemanusiaan dengan suatu reformasi sosial. Pandangan Haeckel ini memberi kontribusi atas ulah Hitler yang menyalahgunakan konsep “survival of the fittest”nya Darwin untuk tujuan pemurnian ras Aria dan pemusnahan ras manusia lain yang dianggapnya berkualitas rendah. Karl Marx menilai The Origin sebagai buku yang berisi landasan sejarah alam bagi pandangan komunisme. Marx bahkan mendedikasikan “Das kapital”nya dengan ungkapan “from a devoted admirer to Charles Darwin”. Teori evolusi Darwinisme juga telah digunakan sebagai senjata untuk melawan agama, khususnya Kristen.
Beberapa dasar penolakan
Dalam konteks agama, debat mengenai benar atau tidaknya teori ini memang sangat terkait dengan keyakinan agama bahwa Tuhan adalah pencipta semua makhluk hidup di dunia ini, sementara teori evolusi menyangkal terjadinya fenomena penciptaan tersebut dan menggantikannya dengan suatu konsep evolusi. Perdebatan antara Bishop Wilberforce dengan Thomas Huxley (yang menamakan dirinya sebagai “bulldog”nya Darwin) tahun 1860 di Oxford merupakan perdebatan sengit yang pertama mengenai teori ini.
Tahun 1860 terjadi perdebatan antara Louis Agassiz (ilmuwan yang dianggap banyak berjasa dalam membangun ilmu pengetahuan Amerika) yang menentang validitas dari argumentasi Darwin dengan Asa Gray yang mencoba menemukan rekonsiliasi antara Darwinisme dengan ajaran agama Kristen. Agassiz meyakini bahwa makhluk hidup (spesies) diciptakan oleh Tuhan dan tidak berubah menjadi spesies lain. Menurutnya teori Darwin hanya merupakan suatu conjecture atau dugaan belaka, tanpa dukungan fakta, dan adanya tingkatan kemajuan bentuk hidup dari pengamatan fosil dari suatu strata ke strata berikutnya menunjukkan adanya perencanaan dalam penciptaan makhluk hidup dan bukan merupakan perubahan alami akibat adanya tekanan dari lingkungan. Sementara itu Asa Gray berpandangan bahwa teori seleksi alam yang diajukan Darwin merupakan instrumen Tuhan dalam penciptaan. Pandangan Gray ini sendiri sebetulnya bertentangan dengan pandangan Darwin yang tidak mempercayai adanya peran Tuhan dalam pembentukan makhluk hidup.
Beberapa argumentasi lain yang telah dikemukakan para ilmuwan sehingga menolak konsep evolusi Darwin diantaranya adalah dipertanyakan apakah variasi dapat terakumulasi sebagaimana yang dikatakan Darwin. Jangankan di alam, bahkan pada penyilangan buatan, yang merupakan dasar dari argumen Darwin, ada batasan derajat perubahan yang mungkin terjadi. Selanjutnya banyak yang meragukan apakah usia bumi cukup lama untuk memungkinkan seleksi alam terjadi sehingga menghasilkan demikian beranekanya makhluk hidup. Selain itu beberapa ahli geologi mempertanyakan karena bukti-bukti fosil tidak mendukung gambaran terjadinya evolusi yang bertahap (gradual).
Sebenarnya Darwin sendiri menyadari bahwa teori evolusinya itu sulit untuk dibuktikan. Dalam bab Difficulties of the theory Darwin menulis: “ jika suatu spesies memang berasal dari spesies lain melalui perubahan sedikit demi sedikit, mengapa kita tidak melihat sejumlah besar bentuk transisi dimanapun ? Mengapa alam tidak berada dalam keadaan kacau balau, tetapi justru seperti kita lihat, spesies-spesies hidup dengan bentuk sebaik-baiknya ? …Menurut teori ini harus ada bentuk-bentuk peralihan dalam jumlah besar, tetapi mengapa kita tidak menemukan mereka terkubur di kerak bumi dalam jumlah tidak terhitung ? …. Dan pada daerah peralihan, yang memiliki kondisi hidup peralihan, mengapa sekarang tidak kita temukan jenis-jenis peralihan dengan kekerabatan yang erat ? Telah lama kesulitan ini sangat membingungkan saya”
Contoh populer evolusi kuda, yang mengemukakan perubahan bertahap dari makhluk seukuran rubah dengan kaki berjari empat yang hidup 50 juta tahun lalu menjadi kuda masa kini yang lebih besar dengan kaki berjari satu, telah lama diketahui keliru. Bertentangan dengan perubahan secara bertahap, fosil setiap spesies peralihan tampak sama sekali berbeda, tidak berubah dan kemudian menjadi punah. Bentuk-bentuk transisi tidak diketahui. Selanjutnya tahun 1981 The British Museum mengganti penggambaran hubungan kekerabatan antar makhluk hidup (filogeni)-nya menjadi kladogram yang tidak memberikan indikasi tentang pola evolusi sama sekali. Direktur Musem tersebut, Colin Patterson berujar: “As it turns out, all one can learn about the history of life is learned from systematics, from the groupings one finds in nature. The rest is storytelling of one sort and another”. Baginya cerita tentang asal usul makhluk hidup yang satu dari yang lain (evolusi) adalah dongeng belaka. (Vernon Blackmore dan Andrew Page. 1989. Evolution the great debate).
Dua orang ahli Paleontologi Amerika, Stephen Jay Gould (Professor Harvard University) dan Niles Eldredge membuat suatu model atau teori punctuated equilibrium. Model ini menolak gagasan terjadinya evolusi secara kumulatif dan sedikit demi sedikit, sebaliknya menawarkan konsep yang diskontinu dan tiba-tiba.
Penolakan lebih lanjut di masyarakat
Di dalam masyarakat Amerika sendiri sejak awal abad ke-20 terjadi perlawanan sengit terhadap pengajaran teori evolusi di sekolah-sekolah. Tahun 1924 Komisi pendidikan Carolina utara mengumumkan bahwa mereka tidak akan menggunakan buku-buku pelajaran Biologi yang bertentangan dengan Genesis. Di Tennessee tahun 1925 legislatif, atas upaya para orang tua murid, melarang diajarkannya teori yang menolak penciptaan makhluk hidup oleh Tuhan sebagaimana yang diajarkan oleh Bible. Di Oklahoma juga telah dibuat aturan mengenai teks book (text book bill) yang melarang setiap ‘konsepsi materialistik dari sejarah, yaitu teori evolusi Darwin’. Tahun 1981 Gubernur Arkansas menandatangani Act 590 yang membolehkan pengajaran ‘creation science’ sebagai alternatif dari evolusi, namun Act tersebut digugat oleh “The American Civil Liberties Union” yang menganggap bahwa ‘creation science’ bukan sains, tetapi agama. Gugatan tersebut dikabulkan dalam persidangan.
Saat ini sudah banyak buku ditulis oleh para ilmuwan untuk menentang teori evolusi tersebut, jauh sebelum Harun Yahya menuliskan buku-bukunya. Beberapa diantaranya: Norman Macbeth. (1971. Darwin retried: an appeal to reason), Michael Denton (1985. Evolution: a theory in crisis), Robert Saphiro. (1986. Origins: a sceptics guide to the creation of life on earth), Michael J. Behe. (1996. Darwin’s black box), W.R. Bird. (1991. The origin of species revisited), Elaine Morgan (1994. The scars of evolution), dan lain-lain. Diterjemahkannya buku-buku Harun Yahya boleh jadi merupakan langkah awal untuk meramaikan perdebatan tentang teori evolusi ini, dan kita berharap buku-buku dari penulis lain akan juga dapat dinikmati oleh masyarakat kita, sebagai bagian dari proses pencerdasan (dan bukan pembodohan) masyarakat.
Saya menaruh harapan bahwa penyampaian mengenai teori evolusi dalam silabus di sekolah dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi berkenaan dengan pengajaran mengenai teori evolusi perlu ditinjau kembali. Hal ini tidak berarti bahwa teori evolusi Darwin itu dihapuskan sama sekali, akan tetapi pengajarannya tidak boleh dogmatis bahwa itu sebagai sesuatu yang dianggap benar. Perlu ditumbuhkan sikap kritis siswa dalam membahas asal-usul makhluk hidup. Pandangan alternatif yang memberi penjelasan tentang hal tersebut yakni kreasionisme atau adanya “Supreme” atau “Creative Designer” untuk menjelaskan fenomena beranekaragamnya makhluk hidup di dunia ini harus juga disampaikan. kepada siswa secara proporsional. •
Tulisan ini diterbitkan di KOMPAS.
101 komentar
Comments feed for this article
April 11, 2008 pada 3:39 pm
TaQ
Teori yang masih sangat rame diperbincangkan……
April 21, 2008 pada 7:03 am
Harjo
Sedikit menambahkan nih Pak,
mungkin yang dimaksud oleh Wildan Yatim adalah dalam konteks pandangan evolusi, yaitu Teori Rekapitulasi. Di mana, perkembangan embrio merupakan rekapan sejarah hidup perkembangan nenek moyang makhluk hidup tersebut. Padahal sejak abad ke-19, pandangan-pandangan seperti ini sudah tidak dipergunakan lagi. Banyak orang yang menyanggah, baik orang yang tidak percaya kepada teori evolusi maupun di dalam kalangan evolusionis sendiri.
Menurut saya ini memang merupakan sebuah teori aneh, hasil karya khayalan Ernst Haeckel. Sebuah teori yang terlalu dipaksakan (baca: dipaksacocokan) dengan pola pemikiran evolusi. Ada bagian bagian tertentu dari embrio ditambahkan, dikurangi, bahkan dihilangkan, yang berakibat dikucilkannya akhli zoologi tersebut karena tuduhan penipuan. Anehnya, pada buku-buku pelajaran masih saja teori ini dijadikan sebagai acuan bukti kebenaran teori evolusi.
Kembali ke persoalan di atas, jika Wildan Yatim, menyebut perkembangan embrio adalah proses evolusi. Maka orang yang tidak percaya evolusi, perkembangan embrio adalah perkembangan biologis biasa, yang tidak ada kaitannya dengan evolusi.
Juni 8, 2020 pada 2:53 am
Warsono Hadisubroto
Setuju, deh, kalau teori alternatif seperti kreasionisme perlu disampaikan kepada siswa secara proporsional.
Proporsinya adalah ditulis dalam satu kalimat yang menjelaskan bahwa Inteligent Design atau kreasionisme adalah hipotesis yang gagal dan tidak membantu perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
April 23, 2008 pada 10:08 am
mahasiswanegarawan
Hal seperti ini pernah menjadi topik diskusi menarik di mata kuliah bioteknologi molekul di program studi kimia ITB.
Evolusi harus diperjelas definisi dalam konteks perkembangan sejarah mahluk hidup dan perkembangan sains. Di tingkat molekuler, memang ada beberapa ada beberapa fakta evolusi molekuler yang yang diteoritisasi secara ekstrim untuk mendukung teori evolusi Darwin. Teori evolusi Darwin yang mengambil argumen-argumen dari biologi klasik jelas sudah out of date.
Biokimia sebagai jantung perkembangan biologi modern menjadi tumpuan sebagian pendukung teori darwin untuk menreteoritisasi evolusi Darwin dalam konteks sains modern.
Sebagai contoh kasus, dari 3 milyar pasangan DNA manusia, hanya kurang dari 10%-nya yang berfungsi sebagai gen. Nah, 90% sisanya masih menjadi misteri, dan oleh sebagian kalangan berhipotesis sisa pasangan DNA tersebut adalah gen-gen purba yang tidak aktif akibat evolusi. Era genomics membuat revolusi baru klasifiksasi mahluk hidup berdasarkan data gen-gen. Bahkan, di negara-negara maju (Eropa,AS,Jepang), kini sudah beralih ke era proteomics, bahkan ada yang sudah memasuki revolusi selanjutnya ke era metabolomics.
Contoh menarik lainnya, adalah perbandingan secara biokomputasi struktur protein haemaglobin manusia yang hidup di daerah pantai dengan manusia dataran tinggi Tibet. Ternyata struktur 3D haemoglobin-nya berbeda. Hioptesis yang kemudian muncul adalah perbedaan lingkungan hidup menjadi penyebab perbedaan struktur 3D haemaglobin manusia yang terjadi selama proses evolusi. Sampai di tingkat ini, evolusi molekuler masih dapat diterima secara logis.
Namun, bila dievolusi terjadi secara ekstrim mengubah suatu spesies menjadi spesies lain masih belum dapat dijelaskan oleh biokimia / biologi molekuler. Karena hal ini sangat berhubungan dengan milyaran data DNA, protein, dan sistem metabolisme dibutuhkan bioinformatika / biokomputasi untuk menganalisisnya. Di negara2 maju, riset bidang2 tersebut tumbuh dengan pesat.
Negara kita atau negeri2 muslim masih belum tertarik dengan sains yang negejelimet seperti itu. ITB aja belum punya lab cluster komputer untuk bioinformatika/biokomputasi. (tapi, dengar2 tahun depan mau dibuat prodi kimia).
Selama ini bantahan terhadap teori evolusi oleh kalangan muslim masih mengandalkan logika2 sederhana, belum melakukan riset2 canggih untuk menemukan jawabannya.
Sehingga teori evolusi masih menjadi perdebatan. Dosen saya pun, berlindung di teori Penciptaan. Menurutnya, yang pasti Tuhan menciptakan manusia dan mahluk hidup lainnya. Jalannya bisa saja melalui evolusi atau diciptakan langsung sempurna.
Ketimbang terus berdebat, lebih baik budayakan riset di kalangan negeri2 muslim. Biar PeDe kalau ada berdebet dengen pendukung evolusionis.
April 24, 2008 pada 9:43 am
aprilia
Sedikit berkomentar pak. Saya blm pernah membaca teori Darwin langsung dr bukunya, saya hanya tau dr pelajaran di sekolah dulu. Dan saya hanya pernah sekali membaca buku Harun Yahya ttg evolusi alam semesta, dan saya tidak terlalu suka dng tulisannnya krn sifatnya hanya meringkas dr berbagai buku/tulisan orang lain dan menceritakannya kembali tanpa ada pendapat dr Harun Yahya-nya sendiri kecuali bahwa pd akhirnya beliau menolak teori evolusi Darwin. Kalau saya tidak salah, Darwin tidak pernah mengatakan kalau mahluk hidup itu berubah bentuknya. Dulu ada 2 jenis jerapah, yg berleher pendek & panjang. Akibat seleksi alam, yg berleher pendek musnah. Yg mengatakan dulunya jerapah berleher pendek kemudian perlahan2 lehernya memanjang adalah Lamarck (?), cmiiw (corect me if i’m wrong). Saya pikir, ada beberapa aspek dlm teori Darwin yg bisa kita benarkan, spt seleksi alam tadi. Namun, mengenai Darwin yg menolak adanya penciptaan, mungkin itu yg tdk bisa dibenarkan, setidaknya bagi orang beragama.
Saya mempelajari alam semesta. Salah satu topik favorit saya adalah evolusi bintang.
April 27, 2008 pada 4:21 pm
aria.adonis
Apakah mungkin yang 90% pasang DNA adalah data informasi software karena yang 10% adalah data pembentukan hardware? Saya rasa makhluk hidup selain berkembang fisik hardwarenya juga harus dijalankan dengan memory database/software?
Mei 17, 2008 pada 2:58 am
Ardee’est Thing in My Life » » Blogger Review: Taufikurahmans Park
[…] kemudian memunculkan sikap pro-kontra dari berbagai pihak. Sikap kontra diantaranya disuarakan oleh Dr. Wildan Yatim dari UNPAD, yang sempat dipublikasikan di koran kompas. Terlepas dari pro kontra tersebut, saya […]
Mei 21, 2008 pada 4:48 am
ari
Kalau teori evolusi darwin itu dimaksudkan sebagai perubahan wujud mahluk hidup (termasuk manusia) dari mahluk terdahulu (misalnya : manusia dulunya berbentuk “seperti” kera), maka hal ini sangat mudah membantahnya.
Sebab ternyata saat ini manusia (seperti sekarang) ada, dan kera pun tetap eksis (tetap ada sebagai kera dengan berbagai jenisnya, dan tersebar diseluruh dunia).
Mei 21, 2008 pada 2:49 pm
odingaminuddin
insya Allah manusia si mulai dari Nabi Adam dan Manusia belum (atau mungkin tidak) berevolusi setelah sekian lama. oding aminudin
Juni 25, 2008 pada 7:24 am
suhadinet
Saya adalah seorang guru biologi SMP. Selama ini saya juga mencoba untuk tidak mendogmakan konten yang satu ini dalam pembelajaran. Karena termaktub dalam standar isi kurikulum, saya tak bisa menghindarkannya. Saya sih inginnya teori evolusi Darwin diberikan pada level yang lebih tinggi saja. Minimal SMA, di mana kemampuan berpikir kritis siswa telah lebih terlatih. Sebuah teori macam teori Darwin tetap harus diajarkan menurut saya, bukannya apa. Ilmu pengetahuan kan dibangun dengan berpijak pada teori-teori/ilmu yang ada sebelumnya-benar ataupun salah teori itu. Kita akan selalu memperbaiki teori-teori itu secara bertahap dan kontinyu dengan munculnya bukti-bukti baru yang lebih baik. Salam.
Juni 28, 2008 pada 1:55 pm
Nycticorax nycticorax
Sains memang bukan dogma.. maka dari itu sifatnya relatif. Tapi dalam mendapatkan yang relatif/temporer itu harus pakai data dan metodologi yang sahih menurut sains. Jadi kalau mau mencocok2an kepercayaan dengan sains ya ga akan nyambung dong. Bukan ga nyambung lah, lagunya kan apa-apa nya dong..
Setiap hari hingga saat ini saintis terus berusaha meruntuhkan beragam teori ilmiah yang ada pakai metodologi ilmiah,, tapi bukannya runtuh, teori evolusi malah terus dapat bukti ilmiah pendukung. Mana bukti *ilmiah* dari Harun Yahya alias Adnan Oktar yang baru jadi pesakitan trus dipenjara tiga taon itu???
Silakan percaya apa aja menurut agama/kepercayaan. Tapi ga usah memaksakan kepercayaan anda dan menghakimi cara berpikir orang lain.
Juli 1, 2008 pada 2:05 am
Cikal Bakal Manusia Hanya Dari Satu Adam « Sains-Inreligion
[…] ada penolakan terhadap teori darwin di sini. Sedang penulis aslinya dari tulisan yang dimuat ada di sini (Klik). Tentu saja lebih afdol di tempat aslinya […]
Juli 1, 2008 pada 4:22 am
Harjo
@ Suhadinet, saya setuju dengan pendapat Bapak.
Usulan saya ada baiknya teori penentang evolusi pun sudah mulai diajarkan sejak masih SMP. Dengan demikian ada didik tidak lagi dicuciotaknya, karena hanya menerima ajaran tunggal Teori evolusi. Kesalahan yg terjadi selama ini, bahwa Teori Evolusi dan bukti-buktinya dianggap sebagai fakta ilmiah, padahal tidak demikian kenyataannya. Bukti-bukti terakhir justru lebih mengarahkan kepada kekeliruan teori tersebut.
@Nyticorax, saya tidak setuju dengan pendapat Anda.
Sepengetahuan saya, justru begitu bukti baru muncul untuk menentang teori evolusi, yang ada para evolusionis mengeluarkan teori baru untuk menentang serangan yg ditujukan kepadanya. Artinya suatu kesalahan lama dalam teori evolusi yg seharusnya sudah tidak digunakan lagi teori baru (teori ngeles), justru membangun kesalahan baru di atas kesalahan sebelumnya. Semakin jauh dari kebenaran.
Ketika pengajaran evolusi maupun penentangnya sama-sama diajarkan, di sekolah, pada akhirnya biarkan saja, apakah mereka mau percaya ataupun tidak, itu adalah urusan masing-masing individu. Dan tidak perlu dipaksakan lagi, apalagi untuk menghakimi orang lain.
Juli 13, 2008 pada 6:07 pm
Arif Rahmat
@ nycticorax.
Yang sebenarnya sangat berbahaya ialah teori “kebetulan” atau “ketidaksengajaan”. Maksud saya, pendapat bahwa spesies baru dapat terbentuk dengan sendirinya secara kebetulan dari kombinasi genetik para pendahulunya memiliki probabilitas yang sangat kecil, mendekati tidak mungkin.
Bagi ilmuwan kuno seperti Darwin yang saat itu belum tahu ilmu genetika wajar saja berpendapat, tetapi kita yang hidup di zaman ini juga harus merevisi teori yang terbantahkan karena bertentangan dengan ilmu terkini yang telah didukung dengan alat penelitian dan pembuktian yang lebih canggih.
Para penentang Darwin setuju bahwa makhluk biologis adalah sebuah sistem yang begitu kompleks, yang tidak mungkin terbentuk tanpa diawali perencanaan, pembentukan, pemeliharaan, kehidupan yang memiliki tujuan serta kematian yang menjadi kepastian. Dan orang yang beragama meyakini bahwa perencana, pembentuk, pemelihara serta pemberi hidup dan mati itu adalah Yang Maha Berkehendak, Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu, bukan makhluk biologis itu sendiri.
Ketika sains yang kita pahami dan agama yang kita yakini tidak sejalan, ada dua kemungkinan:
1. Pemahaman kita kurang benar.
2. Keyakinan kita perlu dipertanyakan.
Tapi walaupun sains yang kita pahami dan agama yang kita yakini sejalan, tetap saja ada potensi bahwa pemahaman dan keyakinan kita keduanya salah.
Jangan lupa, Galileo Galilei juga pernah menjadi tahanan rumah karena yakin dengan pemahaman Heliocentris di masanya.
Agustus 6, 2008 pada 4:12 pm
N. Arifin
Evolusi buat masyarakat di barat terutama atheis dan penganut scientology adalah Al-Kitab mereka. Mereka akan sedapat(semaximal) mungkin ngeles. Lawan nya banyak, terutama orang ber agama samawi (Islam, Kristen, Yahudi) yang menggunakan kitab Qur’an, Taurat, dan Injil.
Sayangnya umat Islam nggak punya ilmuwan dan riset yang kuat untuk membantah mereka.
Maaf, kita berdebat tanpa data.
Tapi kalau dilihat dari peristiwa di diri kita sendiri sebenarnya tidak ada evolusi. Anggapan saya bila dilihat di tingkat seluler. Dalam embriologi, ketika sel sperma membuahi ovum dan terjadi pembelahan sel, kemudian setiap sel berdiferensiasi – dan bukan evolusi. Di peristiwa tersebut terdapat berbagai macam kreasi (diferensiasi) sel. Dari satu sel menjadi banyak dengan perbedaan dari setiap sel-selnya – bisa menjadi sel otot, tulang, otak dll – yang seluruhnya berasal dari satu sel. Artinya ada suatu program dalam DNA sel induk yang sesuai dengan penciptaan dengan organisasi/manajemen yang sempurna.
Sayangnya saya bicara tidak didukung data. Jadi maaf kalau mungkin bisa jadi salah.
Agustus 9, 2008 pada 6:20 am
Mikhael
Salam,
Bagi saya kedua teori ini masih memungkinkan untuk menjadi salah dan memungkinkan menjadi benar..
Karena kedua teori ini (creation-evolution) tidak didukung oleh bukti2 yang 100% sahih..
Hanya pertanyaan yang cukup menggangu pada saya..
Jika memang semua mahluk diciptakan sempurna dan masing2 organ mempunyai kegunaan…
Apakah kegunaan “kuku” pada sirip Manatee / Sea Cow..?
peace
September 10, 2008 pada 5:51 am
Fernando Adventius
Seandainya Bapak mencoba menerapkan keyakinan Bapak dalam science, itu adalah hak Bapak. Namun alangkah baiknya jika Bapak terlebih dahulu mengajukan sanggahan Bapak terhadap teori Evolusi di dalam sebuah komunitas ilmiah didasarkan kepada hasil riset dan temuan ilmiah.
Alangkah baiknya jika Bapak menulis sebuah paper yang menjatuhkan teori itu. Bahkan teori seorang ilmuwan besar seperti Stephen Hawking (Professor di Cambridge) bisa dijatuhkan oleh Juan Maldacena seorang mahasiswa S-2 asal Argentina. JANGAN HANYA BISA MENULIS DI WORDPRESS.
Banyak sekali orang yang berusaha menuangkan agama terhadap science dan melanggar kaidah-kaidah penelitian yang ada yaitu value-free & objectivity. Salah satunya adalah Adnan Ottar yang tidak memiliki background yang sesuai dan menyebarkan sebuah “anti-evolutional science” kepada masyarakat – dan masyarakat percaya terhadap pendapatnya tersebut dan menganggapnya sebagai science yang shahih.
Saya sampai sekarang tidak setuju dengan teori evolusi namun setelah membaca paper-paper dan literatur-literatur di perpus ITB & FK-Maranatha selama 5 tahun lebih (sejak awal TPB hingga saat ini) saya akhirnya menerima teori evolusi sebagai kebenaran “temporary” yang bisa berubah setiap saat.
Alumni EL ITB 132 03 168
September 15, 2008 pada 3:00 am
mahawirasd
1. saya cukup yakin teori evolusi tidak menghilangkan sebuah kebutuhan ontologis akan adanya “sang pencipta”. Mungkin ada baiknya kita semua pelajari kembali apa yang dikemukakan Darwin sekaligus belajar sedikit tentang epistemologi…
2. tidak ada teori/hukum yang sempurna, dan kalo mau melihat satu persatu mungkin beberapa hasil penelitian darwin kurang tepat, tapi yang penting semangat dan jiwa “evolusi” itu sendiri menurut saya sudah benar adanya.
Kenapa benar?
karena kita bisa melihat bahwa konsep (yang jika dituliskan kasarnya) “evolusi-atau-mati” itu benar bagi berbagai macam organisme, baik biologis maupun non-biologis…
Darwin merupakan seorang pionir yang menunjukkan sifat dasar kehidupan organisme2 dimana organisme2 akan berusaha untuk menyelamatkan dan melindungi diri sendiri hingga berubah baik secara morfologis dan/atau fisiologis untuk tetap selamat. Lagi2 hal ini berlaku juga pada entitas2 non-biologis.
Sebuah contoh yang mudah anda perhatikan (karena laju evolusinya lebih terlihat dan lebih mudah diamati) adalah konstruk2 fisiologis manusia seperti kelompok2 sosial, partai, dan entitas bisnis. Ketika manusia secara morfologis sudah “cukup” untuk mencapai tujuan2 yg diinginkan, maka ia akan mengasah fisiologi yang dimilikinya agar ia menjadi lebih efisien. Terlihat sepanjang sejarah bahwa organisme2 sosial manusia cenderung menjadi semakin kompleks dan efisien dimana bagian2 yang tidak efisien dan tidak adaptif mati dengan sendirinya.
Dalam skala yang lebih kecil, anda dapat melihat bagaimana bisnis-bisnis harus beradaptasi dengan market pressure bila tidak ingin kolaps. Begitu juga dengan partai-partai yang menjual ideologi demi konstituennya agar tetap eksis.
3. Konsep “homo imago dei” sudah ada dari zaman yunani kuno. Manusia memang egois dan narsis. Apakah hanya karena hal tersebut kita segitunya melupakan bahwa masih ada kemungkinan-kemungkinan lain yang mungkin saja benar?
Begitu sombongkah manusia?
Begitu butakah kita?
4. all in all, saya yakin konsep evolusi-atau-mati akan lebih sistematis dan edukatif daripada konsep kreasionisme yang micro-managing…
-w-
mahawirasd{at}yahoo.com
Oktober 18, 2008 pada 5:46 pm
harjo
@Fernando
Saya dulu tidak percaya Teori Evolusi, makanya saya masuk Biologi untuk membuktikan patut dipercaya atau tidak. Yang saya peroleh justru, memang Teori Evolusi tidak layak untuk dipercaya. Banyak contoh kasus yg membuat kita tidak perlu mempercayainya. Belum lama ini dalam sebuah Majalah National Geographic, ada sebuah artikel berjudul “Perangkap T.Rex, Kisah kematian dalam sebongkah batu” yang ditulis oleh Peter Gwin dalam edisi Juli 2008. Sebuah tulisan yang menjelaskan mengenai penemuan berbagai macam fosil dinosaurus belum lama ini dalam sebuah bongkahan batu oleh Paleontolog James Clark dan Xu Xing di Basin Junggar, China. Tumpukan fosil tersebut terdiri dari 5 jenis binatang dinosaurus berkaki dua yang berukuran mini. Di mana pada bagian atas diidentifikasi sebagai Guanlong wucaii, kemudian di bawahnya juga dari jenis yang sama, di bawah kedua Guanlong tersebut adalah seeokor dinosaurus yang masih belum diidentikasi, sedangkan pada lapisan ke empat dan lima diidentikasi sebagai Ceratosaurs, yaitu dinosaurus karnivora pimitif. Sebuah penemuan yang menurut mereka sangat fenomenal. Karena dari penemuan ini pulalah yang pada akhirnya memunculkan teori ledakan evolusi dinosaurus pada 165 juta – 155 juta tahun yang lalu. Sehingga dari sini pula dibangun teori-teori baru, mengenai sejarah evolusi dinosaurus. Menurutnya bahwa dinosaurus kerdil ini merupakan leluhur dari dinosaurus raksasa yang dikenal menjelang kepunahannya seperti Ceraptosian, Stegosaurus, dan Tyranosaurus. Lalu mengapa ukurannya menjadi besar? Ada 2 teori yang dimunculkan (lagi). Pertama, saat itu muncul tanaman berbunga yang sangat berlimpah dan sangat kaya dengan nutrisi yang mengakibatkan pertumbuhan badannya menjadi meningkat. Kedua, gigantisme pada dinosaurus herbivora disebabkan oleh mekanisme untuk pertahanan hidup terhadap terhadap serangan predator. Kondisi ini akhirnya memicu dinosaurus karnivora untuk lebih besar lagi agar mampu memburu dinosaurus herbivora.
Untuk menjawab mengenai mengapa dinosaurus-dinosaurus kerdil itu terperangkap dan saling bertumpuk dalam bongkahan batu?. Berikut penuturannya “Mungkin jeritan binatang yang sekarat menarik seekor dinosaurus ke dalam perangkap. Predator tersebut meronta-ronta tak berdaya di dalam lumpur, tetapi kaki-kakinya tak bisa mencapai dasar. Binatang malang itu perlahan menerima takdirnya. Namun sebelum itu terjadi, perjuangan si dinosaurus menarik perhatian predator lainnya ke dalam lubang tersebut untuk melanjutkan siklus perangkap kematian.” (NG, Juli 2008, hlm 82).
Layakah cerita di atas bisa kita terima dengan akal sehat? Ilmiahkah pendapat-pendapat tersebut? Apakah hanya karena yang menulis adalah seorang pakar dan ditulis dalam majalah yang juga punya reputasi internasional, lalu dianggap sebuah kebenaran??? Saya berpendapat, justru penemuan ini lebih mendukung adanya peristiwa jaman Air Bah sebagaimana ditulis dalam Kitab Taurat, Musa. Timbunan fosil fosil yang bertumpuk dari berbagai jenis binatang dalam sebuah bongkahan batu yang tercampur aduk itu menunjukkan bahwa binatang itu seperti sedang mengaduk lumpur demi perjuangannya melawan kematian akibat banjir bah. Tentu pendapat ini akan didebat lagi, “apakah manusia pernah hidup sejaman dengan dinosaurus?. Ini merupakan perdebatan tersendiri, tetapi saya bisa membuktikan bahwa manusia memang hidup sejaman dengan dinosaurus. Sebagaimana contoh bahwa pernah ditemukan fosil jejak kaki manusia justru berdampingan dengan fosil jejak kaki dinosaurus di Sungai Paluxy, Texas. Penemuan oleh James Clark dan Xu Xing menambah daftar panjang bukti bahwa jaman air bah memang benar-benar pernah terjadi. Sebelumnya adalah penemuan ribuan fosil ikan termasuk ikan paus di pegunungan Alpen dan juga di Rockies Kanada. Contoh lain, adalah diketemukannya tumpukan ribuan fosil yang terbentang di sebelah Timur Agate Springs, Nebraska yang dipamerkan di American Museum of Natural History. Keadaan ini tentu hanya bisa dijelaskan oleh peristiwa air bah yang terkubur di dalam sedimen yang kemudian mengeras dan membatu.
Teori evolusi tentu akan membuang jauh-jauh mengenai peristiwa Air Bah ini, karena akan meruntuhkan teori evolusi itu sendiri. Tetapi coba lihat saja, bagaimana anehnya teori ledakan evolui dinosaurus itu disusun. Apakah dengan makan makanan yang banyak dengan gizi yang cukup akan membuat seekor makhluk hidup tumbuh menjadi makhluk raksasa, seperti Ceraptosian, Stegosaurus, dan Tyranosaurus. Padahal ukuran tubuh yang besar bukan merupakan ukuran keberhasilan evolusi, justru kemunduran.
Oktober 18, 2008 pada 5:50 pm
aQuincy
Tulisan anda menurut saya sangat tidak sesuai dengan scientific culture yang seharusnya. Anda terlalu memasukkan keyakinan agama anda untuk membahas masalah yang sesungguhnya ilmiah. Saya yakin sekali bahwa ketidaksetujuan anda terhadap teori evolusi Darwin (awalnya) memang karena sangat didasari oleh pertentangan teori itu terhadap suatu ‘fakta’ yang anda baca (atau anda dengar) dari ajaran agama anda. Anda lebih cenderung menganggap bahwa science adalah sesuatu yang salah ketika tidak sesuai dengan ‘fakta’ dalam kitab ajaran agama anda. Anda lebih percaya pada dogma, daripada pemikiran logis ilmiah.
Setelah membaca tulisan ini, saya sempat awalnya berpikir anda adalah orang awam yang mungkin sedikit sekali pernah membaca buku-buku biologi, dan jurnal-jurnal biologi internasional. Tapi, setelah saya meng-klik “about me” dan melihat bahwa profesi anda sebagai seorang dosen… dan ternyata dosen BIOLOGI.. di universitas (yang katanya) memiliki ‘kualitas’ sangat bagus di Indonesia… saya hanya bisa terbengong dan heran dalam hati… ternyata seperti ini kualitas seorang dosen biologi ITB; Tidak Percaya pada sebuah teori yang sangat logis dan diakui secara ilmiah sampai saat ini oleh para biologist dunia yang credible.
Perlu diketahui, tindakkan menghapus teori evolusi dari buku pelajaran sekolah dan menggantinya dengan dogma agama adalah PEMBODOHAN BESAR. Sekolah yang ada sekarang, termasuk ITB tempat anda mengajar, bukanlah tempat untuk menaruh dogma yang berdasar atas keyakinan semata, melainkan tempat untuk berpikir secara logis dan ilmiah, berdebat dan beragumen secara ilmiah. Jangan memaksakan segala macam teori lain dan statement untuk menyerang suatu teori hanya karena semata-mata teori yang anda serang itu tidak sesuai dengan agama anda. Teori Evolusi Darwin adalah yang terbaik, terlogis, paling terbukti ilmiah sampai saat ini yang memberikan gambaran garis besar bagaimana the origin of species. It makes sense!
Sebaiknya anda menaruh identitas dan segala pikiran anda tentang agama anda di luar pintu masuk sebelum memasuki suatu forum ilmiah, sebelum anda membuat sebuah argumen yang terkadang hanya berdasarkan ajaran agama anda, bukan ajaran untuk semua orang.
Apakah anda pikir, agama anda adalah yang paling benar?
(If you read this comment then immediately delete it, it means you are so childish to response on other people’s criticism.)
Juni 7, 2010 pada 7:01 am
arief juniawan
benar….saya sependapat dgn anda….harjo pantesnya jadi dosen di pesantren…..bukan di ITB….bahkan di pesantren aja gak pantes, pantesnya pikirannya dogma centris….tdk jujur thd saintis…dan suka cari muka…
Juni 7, 2010 pada 9:48 am
harjo
Arief, arief … sepertinya Anda mengalami kesulitan memahami tulisan orang. Apalagi memahami Teori Evolusi, terlebih memahami tulisan orang yang menolak Teori Evolusi. Maaf, saya tidak tertarik untuk berdebat persoalan yg bukan subtantif.
Silahkan kemukakan, apa yang menjadi keberatan anda. Dan mari kita diskusikan. Bukan malah menghina orang, dan salah pulak …
Oktober 18, 2008 pada 6:22 pm
harjo
@aQuincy
Apa sih yang dimaksud scientific culture? Apakah dengan membuat manusia Piltdown? Apakah dengan merekonstruksi P. erectus yang cuma berasal dari 1 tulang femur, 1 tulang geraham, dan 1 tulang tempurung yg ditemukan berjauhan dan juga pada tahun yg masing-masing berbeda pula? Tetapi anehnya dia bisa merekontruksi menjadi seperti yg terlihat di museum-museum itu. Lalu ditunjukan kepada dunia, inilah nenek moyang kita, si manusia kera H.erectus kepada orang yg tidak tahu apa2. Dan bagaimana asal-usul manusia Sangiran itu direkonstruksi. Seolah-olah menjadi sebuah kebenaran? Lalu di mana ilmiahnya?
Mungkin jika Anda pernah belajar pelajaran Sejarah (IPS) waktu SMP dulu kita kenal yg namanya H.wajakensi atau H. soloensis? Lalu kemana sekarang larinya?. Tidak lagi ditulis di pelajaran IPA, karena apa? Tidak sesuai dengan urut-urutan paradigma teori evolusi. H.wajakensis tidak boleh ditemukan!!! Meskipun penemuannya sendiri tidak jauh dari diketemukannya H.erectus, pada lapisan tanah yang sama oleh Dubois. Penemuan H. wajakensis harus dimusnahkan, karena tidak sesuai dengan “scientific culture”. 😀
Februari 5, 2009 pada 6:29 am
Arief juniawan,drh
harun yahya adalah sebutir debu dilautan samudera ilmu darwin.harun yahya hanya tahu sekelimut ilmu ALLAH
Februari 5, 2009 pada 2:51 pm
harjo
@ Arief,
Saking dalamnya samudera ilmu Darwin, justru dalam bukunya “The Origin Species” dia tidak bisa lagi mengukur, apakah pendapatnya ilmiah atau tidak? Pantaskan sebuah pendapat atau dugaan yang banyak bertebaran di bukunya Darwin, bisa dijadikan sebagai bukti? Dugaan, dari seorang Darwin sama sekali tidak bisa dijadikan bukti kebenaran evolusi.
Inilah satu-satunya keberhasilan Darwin, yaitu mewarisi cara berpikir yang spekulasi. Yg justru saat ini diajarkan pada anak-anak sekolah, seolah Doktrin evolusi, merupakan kebenaran mutlak.
Sudah waktunya fantasi evolusi ini dihilangkan dari dunia pendidikan IPA/Biologi. Karena menghambat perkembangan ilmu Biologi itu sendiri.
Februari 8, 2009 pada 9:30 am
John Acramena
Teori Darwin memang hanyalah sebuah teori, dari dulu sampai sekarang pun masih sebuah teori. Sudah berkali-kali para ilmuan dari seluruh mancanegara menguji keterkaitan teori ini dengan analisa yang paling logis tentang kemungkinan bagaimana the origin of species, dan hasilnya.. teori ini sangat kuat bertahan (survive) sebagai penjelasan yang paling masuk akal tentang asal muasal kehidupan.
Biar begitu para scientist belum menyebutnya sebagai kebenaran yang MUTLAK, yang harus sangat dipercaya apalagi diimani. Tapi kenyataannya, teori ini memang sangat kuat sampai saat ini sebagai penjelasan asal muasal kehidupan dan keanekaragamannya. Tidaklah salah jika orang sains tetap mengatakan bahwa Teori Darwin valid, ketimbang mereka mengatakan bahwa asal muasal kehidupan adalah seperti yang tertera di kitab suci agama-agama. Karena mempercayai suatu hal begitu saja (seperti yg dilakukan org2 beriman) tidaklah cocok diterapkan dalam pencarian kebenaran sebagai seorang scientist.
Scientist bukan memaksa diri untuk membuktikan evolusi itu benar. Mereka itu netral, dan hanya memberikan fakta dan hipotesa logis yg kuat. Kalo hasil observasi mereka bertentangan dengan ajaran agama anda, mereka tidaklah salah, mereka hanya menceritakan anda fakta nyatanya. Sisanya, tergantung anda apakah anda mengikuti hasil observasi nyata para scientist, ato tetap bersikukuh: Agama saya adalah Agama yang PALING BENAR.
🙂
Februari 10, 2009 pada 5:28 am
harjo
@John Acramena,
Saya menyebut, “SEOLAH Doktrin evolusi, merupakan kebenaran mutlak”. Jadi memang bukan sebuah kebenaran yang mutlak. Lebih tepat disebut sebagai sebuah fantasi/khayalan dari seorang Darwin mengenai asal muasal kehidupan.
Saya termasuk orang yang menolak teori evolusi ini, justru BUKAN BERDASARKAN AGAMA. Melainkan teori yang dikembangkan dan bukti-bukti yang dikemukakan oleh para evolusionis itu sendiri, yang menurut saya justru tidak ilmiah dan tidak masuk akal. Bahkan tidak sedikit memaksakan kehendak melalui pengadaan bukti-bukti palsu.
Fakta nyata hasil observasi yang saya ikuti justru membuktikan bahwa teori evolusi yg dikemukakan oleh Darwin itu tidak benar. Sehingga:
TIDAK DIBUTUHKAN AGAMA, UNTUK MENOLAK KETIDAKBENARAN TEORI EVOLUSI ini.
Agama adalah sebuah kepercayaan, dan tidak dibutuhkan bukti untuk orang mempercayainya. Kalau pun ada bukti, itu cukup untuk lebih meningkatkan keimanan terhadap Agama yang diyakininya.
Berbeda dengan Teori Evolusi, yang katanya ilmiah. Sehingga sudah sepantasnya harus dapat diuji kebenarannya, dan terbukti. Kenyatannya? Tidak ada bukti, yang mendukung kebenaran Teori Evolusi tersebut.
Februari 10, 2009 pada 9:54 am
Alvaro Mikhael
Mestinya teori evolusi itu masih sebatas teori, jangan dianggap sebagai cabang keilmuan.
karena dari teori evolusi yang dikemukakan Darwin sampai detik ini pun masih diragukan,tidak ada bukti yang kuat untuk menghapus “difficulty of theory”-nya Darwin.
semua masih berupa dugaan.
Februari 12, 2009 pada 1:50 am
harjo
@Alvaro,
Apakah hanya sebatas dugaan? Coba saja anda cek majalah National Gaographic. Atau coba anda baca Majalah Scientific American edisi Des 2008. Atau coba hadiri hari ini (12/02/09) di UI pkl 13.00 nanti di FIB UI. Betapa hebatnya pengaruh fantasi Darwin ini.
Jawabnya, bukan lagi dugaan! Melainkan sebuah kebenaran!
Juni 10, 2010 pada 2:27 am
arief juniawan,drh,MS
anda berpikir darwin hanya berfantasi…..??? saya pkir fantasi anda jauh lebih besar drpd darwin….coba jawab berapa kali anda eksperimen ttg evolusi???…bukankah anda jg berteori sambl berfantasy???…sekali waktu anda d cekoki dogma centris….islam adalah benar tp jika jatuh pd orang bodoh…jdlah hancur….
Juni 10, 2010 pada 7:54 am
harjo
@Arief,
Anda mau berdebat, tetapi tidak menunjukan, bagian mana dari pendapat saya yang anda maksudkan berfantasi. Saya berpikir bahwa Darwin memang berfantasi. Ini dia contohnya yg saya kutip dari bukunya Origin Species …, “…Saya melihat tidak adanya kesulitan pada sekawanan beruang untuk mengalami perubahan bentuk dan kebiasaan hidup akibat seleksi alam, sehingga menjadi semakin sesuai untuk lingkungan perairan, dengan mulut yang semakin bertambah besar, hingga dihasilkan seekor makhluk sebesar ikan paus…” (Charles Darwin, hlm 215). Jadi, Darwin mengkhayal bahwa beruang itu bisa berevolusi menjadi ikan paus. Saya bisa memahami khayalan Darwin ini, karena di jaman itu Mikrobiologi, Genetika, Biokimia belum berkembang. Dan anehnya, khayalan ini pun banyak yang mendukung. Fantasy evolusi inilah yg akhirnya merusak banyak orang, bahkan tidak sedikit membuat orang menjadi atheis.
Februari 18, 2009 pada 10:04 am
Hadi Setyono
inna matsala ‘iisaa ‘inda allaahi kamatsali aadama khalaqahu min turaabin tsumma qaala lahu kun fayakuunu
[3:59] Sesungguhnya misal (penciptaan) ‘Isa di sisi AllAh, adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya: “Jadilah” (seorang manusia), maka jadilah dia. (ALI ‘IMRAN (KELUARGA ‘IMRAN) ayat 59)
Manusia diciptakan oleh Allah dari Tanah, dan bukan dari evolusi bangsa primitif. Hanya orang yang beriman saja yang mengimani kitab suci dan menjadi pembeda antara yang haq dan yang bathil. Kejadian manusia disebutkan dengan perkataan kun fayakuun.
Juni 10, 2010 pada 2:30 am
arief juniawan,drh,MS
Allah menciptakan sesuatu tanpa proses….tp DIA selalu mengajarkan manusa dgn proses…..tiada yg instan d duna..ini….BAcalah dgn nama Tuhanmu…..dst….ayat pertama Al Quran mengajarkan ttg proses….
Maret 29, 2009 pada 12:28 pm
muhammad zulfadhli bin yahya
Salam,Darwin?emm,he said that we develop from ape.how come?huhu.I wanna give a brief opinion about this.As a moslem,we know that long time ago,there are a few group of people that overlimit,did something that prohibited by God then they all has been cursed to be ape.Then come Darwin that suddenly came with a controversial theory.Last but not least,i not agree with darwin theory.Atur nuhun=)
April 13, 2009 pada 7:01 pm
Face
Perdebatan ini susah sekali di lanjutkan kalau ada salah satu pihak dengan hanya bermodalkan KEYAKINANNYA untuk menunjukkan kalau pendapatnyalah yang benar……di tambah dengan remah2 yang dianggapnya bukti ilmiah sebagai pendukungnya … bukan bersikap out of the box dan terjun langsung ke lapangan untuk membuktikannya….
Mei 6, 2009 pada 8:53 am
Harjo
@ Face,
Kalau soal keyakinan, itu tidak usah diperdebatkan lagi. Namanya juga keyakinan, itu adalah urusan masing-masing orang terhadap apa yang diyakininya, termasuk di dalamnya soal Agama. Kalau saja Teori Evolusi dianggap sebagai sebuah keyakinan, tentu tidak perlu juga diperdebatkan. Persoalannya, bahwa Teori Evolusi dikatakan teori ilmiah sehingga ada ruang untuk diperdebatkan benar tidak nya teori tersebut. Dan saya sama sekali tidak melihat ada nya bukti-bukti yang dapat menguatkan teori tersebut.
Mengenai remah-remah yang anda kemukakan, justru cara seperti itulah yang digunakan para evolusionis untuk meyakinkan kepada seberapa banyak orang yang dapat diyakinkan.
Juni 27, 2009 pada 9:02 am
saska
Kalo saya mah.. yakin sama teori evolusi.. karena semakin membuat saya yakin dengan dinul Islam…
he he he..
keselamatan untuk semuanya..
😀
September 4, 2009 pada 9:33 am
Yoan Hazalea Hasan
nabi adam adalah manusia pertama…
dan d jelaskan bahwa nabi adam adalah manusia… bukan sejenis kera..
MUNGkin saja keturunan nabi adam ada yang 2 peradaban…
yg satu manusia.. dan yang satunya lagi kera yang mirip manusia…. nahhh
yang d temukan darwin itu peradaban yang satunya… jdi darwin menyimpulkan bahwa manusia berasal dari sejenis kera… (MENURUTKU)
jawaban ini belum tentu benar… okeeeeeeeeee
ini cuma pendapat….
November 5, 2009 pada 7:46 am
Arief juniawan,drh
yang semakin yakin dgn teori evolusi adalah berarti memahami bahwa segala kejadian melalui proses….yang tidak yakin berarti percaya bahwa segala kejadian tanpa proses….ALLAHpun mengajarkan manusia apa-apa yag blm diketahui manusia dgn proses…IQRA….Bacalah….dengan nama Tuhanmu……
November 21, 2009 pada 10:13 am
taufikurahman
Dalam menciptakan sesuatu Allah SWT tidak harus melaluinya dg “proses” sbgmn yg dipahami manusia. Selain itu jikapun pernyataan bahwa dalam menciptakan sesuatu itu perlu proses, teori evolusi Darwin bukan penjelasan yang benar tentang bagaimana Allah SWT melakukan “proses” penciptaan makhluk hidup.
November 11, 2009 pada 3:54 am
syamsul bahri
bukan koment bukan saran……
manusia pertama adalah nabi adam….
teori darwin itu ada benarnya dr segi logika,tetapi lebih banyak salahnya…
jadi manusia itu bukan keturunan kera,..
kera hanya menyerupai manusia……..
November 30, 2009 pada 7:13 am
ARief juniawan,drh
Bagi ALLAH tanpa prosespun bisa,tapi DIA mengajarkan manusia dgn proses,DIa menciptakan manusia dgn proses,dia menuakan manusia dgn proses,Dia membuat pandai manusia dgn proses,Bahkan ayat-ayat Quran pun turun dgn proses. ADAKAH YANG DIAJARKAN ALLAH KE MANUSIA TANPA PROSES?…….bisakah bayi keluar dari rahim ibu tanpa proses.kita gak usah bicara ttg darwin….tapi qta bicara filosofi dasar bahwa semua butuh proses.. ….
Desember 3, 2009 pada 4:32 am
paibiopai
hmm, yang saia ikutin dari kuliah Evolusi dengan dosen Prof. Djoko Iskandar, emang teori darwin yang ekstrimnya manusia dari monyet (terjemahan dari satu spesies baru muncul dari spesies yang sudah ada sebelumnya) itu emank g bener,, tapi evolusi yang ada sekarang adalah evolusi genetik dengan perubahan alelik dan frekuensinya pada populasi dan dapat mendeskripsikan “kekerabatan” bukan asal suatu spesies..
wallahu a’lam,, saia juga masih penasaran si pak terhadap ilmu ini, tentang teori penciptaan yang ada dalam Al-Quran Q.S. Al-Mu’minuun: 13-14,, sangat gamblang sekali menjelaskan bagaimana perkembangan embrio hingga jadi manusia.. lalu, bagaimana dengan “manusia” pertama, yaitu Nabi Adam? apakah proses yang terjadi sama (dari “manusia” sebelumnya juga)? atau ada eksklusi lain? hmm, sungguh sangat penasaran saia pak,,
-pai bio itb 2006-
Desember 16, 2009 pada 5:41 am
harjo
@PaiBioPai,
Pada mulanya evolusi menjelaskan bahwa manusia berasal dari “monyet”, ketika banyak yg menolak, akhirnya para evolusionis berdalih, “kata siapa manusia berasal dari monyet”. Lucu juga membaca sangkalan para evolusionis dalam banyak buku ini. Memang benar tidak secara leter lek ditulis seperti itu, lalu apa akan kita sebut apa, “makhluk yg berjalan agak membungkuk, menjuntai, dst …”
Pada mulanya penemuan Dubois, dielu-elukan sebagai org yg berhasil menemukan mising link antara manusia dan monyet. Kabar terakhir “kata siapa Dubois yg menemukan Missing link”.
Saya menyebut istilah-istilah “kata siapa” ini adalah: TEORI NGELES.
Dan org awam yg pengetahuan evolusinya sedikit akan menjadi bingung ketika dihadapkan pada persoalan ini.
Dan masih banyak contoh lainnya lg, terlalu panjang kalau sy jelaskan satu persatu.
Jadi, ketika bukti pertama ditolak orang, maka evolusionis akan sibuk lagi untuk menyusun teori baru, yg ujung-ujungnya tetap menundukung teori tersebut.
Ketika banyak hal kasat mata sudah tidak mampu lagi meyakinkan orang, sekarang muncul dengan apa yg disebut, evolusi genetik, perubahan alelik dan frekwensinya.
Mei 24, 2010 pada 12:12 pm
arief juniawan
kalo keyakinan paham tertentu yg membuat orang berpendapat….maka anda tlah terbelenggu…..ilmu harus lepas dari segala isme-isme..dunia…
rasakan dalam dada anda tlah terbelenggu sesuatu…jangan mengingkari…
Mei 27, 2010 pada 8:34 am
harjo
Bung Arief, sepertinya sudah beberapa kali saya jelaskan, bahwa saya menolak Teori Evolusi bukan oleh karena keyakinan, tetapi dari bukti-bukti yang diungkapkan oleh kalangan evolusionis sendiri. Bisakah Anda kasih contoh, apa bukti-bukti yang mendukung Teori tersebut? Dan mari kita diskusikan. Ini perlu sy ungkapkan, spy kesan bahwa saya terbelenggu karena keyakinan bisa Anda nilai sendiri. Setuju?
Desember 16, 2009 pada 6:35 am
paibiopai
hehe,, bener juga.. lha terus, adanya fenomena evolusi genetik itu sudah disepakati tentang keberadaanya, evolusi protein pun (contoh: myoglobin) juga dapat ditelusuri asal-usulnya,, hmm.. benernya yang salah itu, “evolusi” nya, ato “monyet jadi manusia” nya?? kan cuma istilah, yang penting esensinya.. apabila istilah itu sudah digunakan pada skala yang lebih detail, dan tidak menggunakan perubahan monyet itu, apakah evolusi tetap masih belum bisa diterima?? wallahua’lam
Desember 19, 2009 pada 10:03 am
tunjunk
aduh…aduh…
perdebatan ini sebaiknya ditinjau dari prespektif filosofis…
ebelum berdebat mengenai evolusi sebaiknya para orang pinter2 ini membaca buku tentang proses terciptanya ilmu dan perlu dibaca juga asas filsafat…
baru setelah itu baru berdiskusi sehingga diskusi kalian tidak simpang siur…
cuma saran sih….
Desember 19, 2009 pada 12:44 pm
paibiopai
bentar2, ini bukan perdebatan, dibikin diskusi yang mengalir aja..
emang klo dari segi filsafat gimana? trus klo dari segi evolusi genetik itu ada yang salah??
Desember 28, 2009 pada 7:25 am
Arief juniawan,drh
para ahli biologi seantero nusantara…perlu bedakan antara Teori evolusi dan evolusi menurut darwin….kebanyakkan diantara kita mengidentikkan teori evolusi dgn darwin,jadi ketika kita membenci darwin…benci pula thd teori evolusi….SAIN HARUSLAH jujur…tdk di kotori dg sentimen-sentimen…ras…paham dll.ada yg begitu disebut darwin…langsung di cap itu zionis…..apa hubungannya?…Ada yg begitu dibut ENSTEIN….langsung DI CAP YAHUDI…..kita harus menghormati darwin,enstein sbg manusia bukan ras dan golongannya.seperti yg di contohkan ROSUL MUHAMMAD ketika ada jenasah orang yahudi lewat beliau berdiri menghormat….itulah ajaran islam sejati….jadi jangan menilai SAINTIS dari agamanya,pahamnya tp nilailah sudah akuratkah penemuannya…Harun Yahya yg muslim kita bangga dg penemuannya…tp sesuatu yg salahpun hrs kita kritisi.SALAM SAIN SEJATI.
Desember 28, 2009 pada 7:37 am
Arief juniawan,drh
pak harjo saran saya bentuk aja TIM SUKSES PEMBENCI DARWIN…anda ketuanya…pasti berhasil….oke?
Desember 31, 2009 pada 6:44 am
igung
Saya bertanya : Apa yang terjadi sekarang?
Jawab penganut paham penciptaan : “… Semua diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Pencipta duluuuu….sekali, lalu setelah itu Dia tidur….. “.
Jawab penganut teori evolusi : “Tuhan tetap bekerja melalui proses evolusi hingga saat ini. Kita pun masih dalam proses evolusi. Siapa yang bisa menjamin fenotip dan genotip makhluk hidup 100 ribu tahun lagi akan tetap seperti sekarang?”
Ketika saya meragukan salah satu kebenaran umum dalam sains yaitu teori evolusi, maka segera saya mundur dari jabatan dosen Biologi. Lalu saya jadi pengamat kuliner saja. Makan dan makan saja kerjanya, untuk menambah nutrisi buat otak saya.
Januari 23, 2010 pada 1:21 pm
ambonez
Igung, itulah ironis negeri kita. negara yang diyakini dibangun “atas berkat rakhmat Allah” namun dalam content pendidikan kita, kita tidak memiliki pendidikan yang korelasi dengan ikrar bangsa kita, bahkan cenderung menolak Tuhan. namun ketika kita membatasi perkembangan teori-teori yang demikian, para pendukung evolusionis berteriak “ini pelanggaran HAM, Ini pelanggaran HAM !!!!” teriakan mereka seolah-oleh menunjukkan bahwa mereka manusia, tentu hal ini mengelitik karena kayakinan evolusi menyakini bahwa hanya ras caucasoid’lah yang manusia. Ras Australoid (indonesia timur dan Ras Mongoloid (indonesia barat ) hanyalah pra-manusia. karena itu maju terus bro.. lahirkan tulisan-tuliasan anda !!! tuangkan pikiran !!!
dan gugurkan postulat postulat evolusionist !!!
Desember 10, 2010 pada 3:13 am
Harjo
Igung, mohon dicatat, bahwa saya bukan seorang Dosen Biologi. Kuliner adalah hobby saya, selain menjadi backpacker. Untuk menolak teori evolusi, tidak perlu harus menjadi dosen juga koq. Untuk menambah nutrisi otak saya, saya hanya gunakan buku-buku evolusinya Darwin saja, kemudian saya compare dengan para akhli-akhli Biologi lainnya yg menolak teori tersebut, di antaranya Linnaeus (yg belakangan hasil penelitiannya mengenai klasifikasi oleh evolusionis dijadikan sebagai bukti evolusi), Dubois (yg belakangan penemuannya P. erectus, tidak lagi dianggap sebagai penemuan penting), dll. Kesimpulan saya, patut untuk tidak dipercaya teori tersebut.
Fenotip/genotip muncul dan tenggelam, tergantung lingkungan yg mempengaruhinya, sebagaimana yg sudah saya tulis di sini: http://kompasiana.com/harjo Tetapi lingkungan itu sendiri tidak akan mempengaruhi sebuah spesies untuk berubah sehingga menjadi spesies baru.
Igung, blog saya, dan identitas saya di sini sangat terang benderang untuk dilihat, saya koq belum bisa lihat identitas anda.
Januari 12, 2010 pada 6:26 am
harjo
@Arief, sy setuju dengan pendapat Anda, bahwa sains haruslah jujur … jujur artinya, bisa dibuktikan secara scientific, ilmiah, dan bisa dibuktikan kebenarannya. Tetapi kalau isinya hanya bersifat dugaan, mungkin …, bisa jadi …, patut diduga … yg banyak bertebaran di bukunya Darwin … sy pikir ini tidak lagi ilmiah.
Anda keliru, kalau dikatakan sy tidak menghargai Darwin, saya tetap menghargai dia, sebab dari bukunya kita bisa menambah wawasan cara berpikir seorang Darwin dalam melihat alam, sebatas menurut kacamata beliau.
Tetapi apakah itu sebuah fakta ilmiah yang harus diterima/dipercayai? Saya pribadi menjawab, tidak! Inilah yg harus diklarifikasi dibanyak buku pelajaran sekolah, termasuk buku2 Biologi di perguruan tinggi. Tetapi jika orang lain mau mempercayai Teori Evolusi sebagai sebuah kepercayaan, itu adalah hak siapapun yg mau percaya. Itu sah-sah saja. Kepercayaan kan tidak perlu bukti. Sejak jaman dulu, sudah banyak org yg menolah teori ini, bahkan jauh sebelum Harun Yahya.
Tidak perlulah kita membenci Darwin? Yg dikritisi adalah, jika Teori Evolusi itu dianggap sebagai sebuah Teori Ilmiah, itu saja.
Mei 24, 2010 pada 12:15 pm
arief juniawan
yang jelas darwin lebih pinter drpd anda….jadi saya tetap menganut darwin drpd…pendapat anda…yg ngawuuur….
Mei 27, 2010 pada 8:27 am
harjo
Itu hak anda dan siapapun untuk menilai. Dan hak Anda juga untuk menganut Darwin. Tetapi sy pribadi, 4 tahun duduk di Biologi, adalah dasar yg cukup untuk menolak Teori tersebut.
Januari 12, 2010 pada 6:40 am
harjo
@Igung, inilah hebatnya seorang Darwin, teori yang hanya didasarkan atas dugaan semata, ternyata bisa menjadi sebuah “kebenaran umum”. Maka kalau saya adalah Dosen Biologi, maka saya akan berjuang keras untuk meluruskan kekeliruan-kekeliruan yg belum banyak diketahui oleh kebanyakan orang itu.
Juni 3, 2010 pada 5:37 am
arief juniawan,drh
betul sekali darwin memang hebat….pernah ekspedisi…di galapagos,chili,argentina….mengumpulkan…ratusan corak kupu2…mempelajari buku charles lyell ttg geology,mempelejari Zoonomia…ttg anatomi comparative….hewan-hewan masa lalu jg masa kini….darwin pernah jg bekerja sama dgn wallace…meneliti flora dan fauna tropis….mempelajari buku thomas robert malthus ttg kependudukkan………
tak sebanding dgn ilmu anda yg hanya belajar 4 tahun di jurusan biologi…..oke???
Juni 7, 2010 pada 10:39 am
harjo
Betul, hebat fantasynya. Shg warisan cara berpikirnya menular kebanyak pemikir evolusionis dan berkhayal … kalau species manusia itu berasal dari bentuk bentuk primitif semacam virus. Dia pelajari Geology, ttp menggunakan perspektif evolusi, pelajari anatomi perbandingan, juga menggunakan persepektif evolusi. Terima kiriman catatan dari Wallace (Letter from Ternate) juga dipaksacocokan sebagai pendukung evolusi, terima bukti klasifikasi dari Linnaeus (yg tidak percaya evolusi) juga diambil alih sebagai bukti evolusi.
Padahal Darwin sendiri kebingungan (hlm 185): 1. ketika dia tidak berhasil menemukan missing link. 2 Dapatkan seleksi alam menghasilkan organ yg tidak begitu penting? 3 Dapatkah instink diperoleh melalui seleksi alam?
Dan banyak kebingungan-kebingungan lain, yg terlalu sempit untuk saya kemukakan di halaman komentar ini.
Sekarang dari bagian mana dulu, Anda mau mulai berdebat mengenai hal ini? Apakah di blog ini, di milis evolusi, atau di blog anda? atau di argosilo, spt yg sering anda beri komentar?
Juni 12, 2010 pada 4:53 am
arief juniawan,drh
pak harjo yth: anda gak setuju evolusi manusia ato evolusi seluruh organisme?
bagaimana dgn fosl kuda yg udah jelas-jelas nyata lengkap d temukan…mulai Eohipuss,mesohippus,merryhippus,pliohippus dan equus ?
apa menurut anda jg gak akurat?
Desember 11, 2010 pada 1:40 am
Harjo
Pak Arief, saya tidak setuju dengan seluruh teori evolusi, baik evolusi manusia maupun evolusi seluruh organisme, sebagaimana yg dikemukakan oleh Darwin.
Untuk masalah fosil kuda, saya kira sudah sangat jelas dari tulisan Pak Taufik di atas. Jadi bukan saja tidak akurat, tetapi sudah sangat-sangat keliru dan menyesatkan.
Mei 9, 2010 pada 2:19 am
tamrin
Saya dari teknik perminyakan dan terus terang tidak banyak belajar mengenai biologi. Kalaw saya setuju sekali dengan apa yang ditulis. Yang namanya teori itu kan gak statis, dinamis banget. Dan ada kaitannya dengan kemampuan teknologi pada saat itu.
Yang perlu diperhatikan adalah tidak saling menyalahkan kekurangan sebuah teori karena nobody’s perfect right? Semua teori, terutama dalam biologi mungkin, harus dikalibrasi dengan teknologi sehingga fakta-fakta terbaru dapat menjadi pertimbangan tersendiri.
Justru dengan kita mengakui teori yang lahir di zaman baheula dengan minim teknologi, itu sudah merupakan suatu DOGMA. Satu hal lagi, Dogma yang MENYESATKAN. Sekali lagi, suatu teori perlu dikalibrasi dengan bertambahnya zaman.
Masalah benar atau tidak? Ya, setidaknya kita sudah berusaha untuk meng-update informasi yang mendukung/tidak mendukung suatu teori. Kita sama-sama melihat gajah. Hanya saja, ada yang melihat belalainya saja, ada juga yang melihat keseluruhan gajah tanpa belalai.
Siapa yang benar? Who’s know?
Juni 3, 2010 pada 3:22 pm
Ronin
Anda ingin tahu kelanjutan dari teori Darwin ???, ikuti saja serial The Jurrasic Park. pasti sangat mengasyikkan.
Juni 14, 2010 pada 2:54 am
arief juniawan,drh
kalo pak harjo….mengatakan jika orang percaya teori darwin maka akan jadi atheis…sungguh berani anda menghakimi seseorang dinyatakan tak bertuhan/atheis…..atheis ato tidak itu masalah keyaknan ….para nabi aja sgt berhat-hati menilai seseorang atheis ato tidak….
anda harjo hanyalah belajar ilmu bio bisa menilai orang atheis….fantasy yg memalukan…..mulai detik ini saya akan organisir segala ormas islam dan nasionalis utk menilai anda sbg seorang yg BEJAT….
Desember 10, 2010 pada 3:41 am
Harjo
Arief, Saya katakan bahwa teori evolusi Darwin ini punya kontribusi yang sangat besar untuk menjadikan orang menjadi Atheis adalah didasarkan pada komentar di milis yang saya ikuti di evolusi@yahoogroups.com jadi bukan saya yg menilai, silahkan Anda cek sendiri, bagaimana mereka berani menghujat Agama-Agama. Untuk itu, disela-sela waktu saya yg sangat terbatas, saya akan berjuang untuk meluruskan ketidakbenaran teori evolusi ini, agar orang-orang yg hanya tahu kulitnya Teori Evolusi, menjadi jelas duduk persoalan bagaimana teori ini dimunculkan dan bagaimana perkembangan selanjutnya. Dengan harapan, semoga komentar komentar sy, dapat menambahkan keyakinan orang-orang terhadap Agama yang diyakininya. Dan melihat Teori Evolusi ini, hanya sebagai sebuah Teori, sejarah alam dari sudut pandang Darwin, bukan sebuah kebenaran. Untuk selanjutnya, mohon maaf, saya tidak lagi mau berdebat dengan anda.
Agustus 25, 2010 pada 7:33 pm
TR
Bacteri E-Coli sudah diteliti lebih dari 100 thn, bakteri ini beregenerasi setiap 20 menit, maka selama 100 tahun penelitian telah dihasilkan kira2 2,5 juta generasi bakteri.
Dari 2,5 juta generasi, banyak terjadi mutasi genetik.
Tapi dari 2,5 juta generasi E-coli tak ada satupun dihasilkan species lain selain dari bakteri E-coli.
Maka mutasi genetik tidak mendukung teori perubahan species.
Desember 10, 2010 pada 2:12 am
Harjo
TR, setuju. Bukan saja pada bakteri saja yg diteliti, pada lalat buah, Drosophyla sp pun sudah diteliti juga. Ribuan generasi Drosophylla di teliti sejak ratusan tahun yang lalu, tetapi sampai detik ini, belum pernah ada spesies baru yang dimunculkan.
November 8, 2010 pada 7:29 am
igung
@TR : Apakah susunan genetik bakteri yang 100 tahun lalu sama dengan yang sekarang? Setiap keturunan pasti mempunyai variasi genetik atau berbeda genetik dengan induknya. Dan itu adalah rangkaian proses evolusi. Dan waktu 100 atau 500 atau 6.000 tahun adalah terlalu singkat untuk sebuah proses evolusi.
Saya hanya pesan bagi semua, belajarlah evolusi menggunakan buku2 Biologi, jangan bukunya HY.
Desember 10, 2010 pada 2:26 am
Harjo
Igung, Variasi genetik, bukanlah bukti teori evolusi. Untuk masalah ini sudah saya bahas pada tulisan saya di sini: http://kompasiana.com/harjo jika berkenan, silahkan dilihat di sana.
Sedangkan jika di katakan bahwa 100, 500 atau 6000 tahun, dikatakan terlalu singkat untuk proses sebuah evolusi, menurut saya bukankah bukti-bukti experimen melalui bakteri sebagaimana dijelaskan oleh TR di atas dan juga melalui experimen Drosophylla, adalah cara singkat untuk membuktikan benar tidaknya teori evolusi. Sebagaimana juga digunakan oleh para evolusionis membuktikan teori evolusi melalui bukti Embriologi pada manusia yang hanya 9 bulan 10 hari, tetapi sudah dianggap sebagai bukti kebenaran teori evolusi. Jadi hanya dengan waktu 9 bulan saja, sudah bisa membuktikan teori evolusi, apakah tidak luar biasa ngaconya teori ini?
Saya setuju dengan pendapat Anda, mari kita gunakan buku-buku Biologi. Dan mari kita perdebatkan bukti-bukti evolusi dari buku tersebut.
Buku Biologi mana yang Anda mau gunakan? Bagaimana kalau kita gunakan bukunya Kimball yg murah meriah, supaya bisa diikuti oleh banyak pembaca blog ini?
Desember 10, 2010 pada 3:53 am
pai
emang teori evolusi tu bunyinya gimana siy? ada referensi paper n jurnalnya yg terbaru ? klo ada bisa dcantumin skalian tak?
soalny jaman darwin dlu kan belum ada ilmu genetika n molekuler, yg terbaru pasti update untuk pembenahan arah ‘teori’ evolusi ini..
Desember 16, 2010 pada 6:32 pm
budi
assalamu’alaikum pak taufik, salm kenal
saya mau tanya, terlepas dari teori evolusi yang masih diperdebatkan, apakah charles darwin benar-benar pernah menyatakan bahwa manusia itu berasal dari kera?.
Karena sebagai orang awam, saya fikir jika bicara tentang charles darwin pasti berkaitan dengan teori evolusi dan “awamnya” semua akan tertuju pada pernyataan yang paling menghebohkan tersebut, sehingga dengan sendirinya teori evolusi “pasti” akan ditentang tanpa perlu njlimet membahas definisi dari evolusi itu sendiri.
Desember 18, 2010 pada 2:38 am
Harjo
Budi, walaupun pertanyaan nya di tanyakan ke Pak Taufik, saya coba komentar ya …
Charles Darwin, tidak secara explisit menjelaskan bahwa manusia berasal dari kera. Dari sinilah kaum evolusionis berkelit, ketika ada serangan dari Kaum Agamawan, dia “pasti” akan mengatakan, “kata siapa manusia berasal dari kera?”. Manusia dan kera adalah sama-sama keturunan dari makhluk yang bentuknya: berjalan menjuntai, dagu agak ke depan, tangan lebih panjang, dst … Lalu akan kita sebut apa, untuk merepresentasikan ciri-ciri makhluk hidup tersebut, kalau bukan “kera”? Belum lepas dari ingatan, bahkan masih dicatat di buku-buku pelajaran mengenai penemuan Eugene Dubois dengan P. erectus nya, yang diawalnya dielu-elukan sebagai penemuan hebat, sebagai mising link, antara kera dan manusia (padahal yg ditemukan cuma tulang femur, gigi, dan tempurung atas), dan hebatnya bisa direkontruksi sedemikian rupa sehingga menjadi bentuk yg bisa kita temui diberbagai museum dunia. Tetapi apa kata evolusionis saat ini? penemuan tersebut tidak lagi dianggap penting. Apa dampaknya? Banyak orang yang menjadi percaya kepada Teori ini. Tetapi ketika dikonfrontir, mereka akan bilang, kata siapa P.erectus adalah nenek moyang manusia sekarang? … kata siapa manusia berasal dari kera? Begitulah cara evolusionis meyakinkan orang, seberapa banyak yang bisa diyakini oleh dogma tersebut.
Desember 22, 2010 pada 5:49 pm
budi
Terimakasih pa’ Harjo
kemudian apa manfaat mempelajari teori evolusi bagi para siswa di sekolah menengah, jika belum ada bukti pasti yang dapat menunjang kesahihan teori tersebut. Sepertinya menurut saya hanya menjadi “kata pengantar” untuk mengenal siapa Charles Darwin
Februari 27, 2011 pada 5:22 am
harjo
@Budi, kalau menurut orang evolusionis, seperti Ernst Mayr, dalam bukunya What Evolution is, manfaat mempelajari evolusi adalah “memperluas pemahaman atas evolusi sebagai fenomena yang mempengaruhi tiap aspek dunia kehidupan’ hlm 355.
Dan sejauh ini, DARI YANG SAYA PELAJARI DARI BUKU BUKU BIOLOGI memang tidak ada bukti-bukti yang mendukung hal tersebut. Sengaja saya beri huruf kapital, bahwa saya pun mempelajari evolusi juga, tetapi dari perspektif yang berbeda.
Maret 18, 2011 pada 8:36 am
igung
Yth. Pak Harjo…
Mohon maaf kalau pemahaman saya tentang teori evolusi sangat terbatas karena tahu teori ini saat SMP dan SMA saja. Tidak sampai S1, S2, S3 dst..
Tapi dengan logika yang paling sederhana (logika saya saat SMP), saya lebih bisa menerima teori ini daripada teori penciptaan….. dibantu ya.. dibantu.. yaa… simsalabim jadi apa prok..prok…prok…(pak Tarno sulap mode on).
April 8, 2011 pada 2:03 pm
marten yohanes
Yth pak Igung, ya kalo logika yang dipakainya “logika sederhana” teori evolusi darwin lebih dapat diterima daripada teori penciptaan..sama halnya seperti “logika sederhana” saya ketika masih kecil yang mempercayai sinterklas memberikan hadiah setiap malam natal
April 12, 2011 pada 4:26 am
taufikurahman
hallo semua, thanks atas komentar2 anda di blog ini, memperkaya diskusi dan wacana kita. Thanks khusus buat mas Harjo yang aktif merespons banyak komentar2. Saya sendiri mohon maaf belum sempat merespons banyak, tetapi ini memang issue yang menarik yang saya sendieri sudah mendiskusikannya sejak S1 bahkan SMA dulu.
April 21, 2011 pada 8:27 am
harjo
Yth. Pak Igung, penciptaan, bukanlah sulap seperti yang anda pikirkan, melainkan: DESIGN, rancangan. Dan khusus masalah ini, maaf saya tidak mau bahas, karena ini menyangkut masalah kepercayaan. Dan sebuah kepercayaan tidak perlu didiskusikan, sebab ini adalah urusan saya pribadi saya dengan apa yg saya percayai.
Sama halnya, ketika Anda mempercayai, bahwa teori evolusi lebih bisa diterima dibanding penciptaan, itu pun hak anda. Jika memang ANda mempercayai hal tersebut.
Tetapi ketika teori evolusi disebut sebagai bukti ilmiah, nah disinilah ada ruang untuk kita diskusikan. Tanpa harus kita membawa-bawa kepercayaan (Agama) kita. Karena tidak dibutuhkan Agama hanya untuk menjatuhkan Teori Evolusi.
Mei 12, 2011 pada 5:27 am
taufikurahman
sebagian orang pasti akan menyudutkan paham creationism dengan anggapan seolah Tuhan menciptakan sesuatu itu seperti “sim-salabim”, ini memang tuduhan orang awam yang belum menyadari betapa sang Pencipta telah menciptakan segala sesuatunya dengan DESIGN yang luar biasa. Lihat-lah sebuah sel yang merupakan unit terkecil makhluk hidup, begitu complicated-nya, pasti desain oleh Zat yang maha Cerdas.
April 21, 2011 pada 8:45 am
harjo
Igung, jadi logika sederhana mana,yg sejak SMP, sehingga Anda bisa menerima teori evolusi?
Juli 28, 2011 pada 6:31 am
hermanet
yang percaya teori darwin berarti dia memang keturunan monyet!!…kasian ya??..
Agustus 25, 2011 pada 1:43 am
harjo
@Hermanet, perlu diluruskan, pertama bahwa, sebetulnya bukan Teori Darwin, karena Teori Darwin sendiri banyak. Mungkin yang dimaksud adalah Teori Evolusi. Kedua, kaum evolusionis biasanya akan mencak-mencak, kalau manusia dikatakan keturunan monyet. Karena Darwin sendiri tidak pernah mengatakan seperti itu. Tetapi menurut saya, nggak apa-apa juga kalau ada yg berpendapat seperti itu 🙂 , sebetulnya ini cuma permainan kata-kata para evolusionis aja, supaya tidak terlalu banyak diserang oleh kaum Agamawan.
Salam
September 1, 2011 pada 10:21 am
dipta
bagaimana dengan kecocokan perhitungan usia fosil berdasar radioactive dating dengan Phylogenetic tree? Menurut radioactive dating tidak ada fosil dinosaurus yang lebih tua dari fosil ikan tertua, tidak ada mamalia yang hidup berdampingan dengan dinosaurus. bukankah ini bukti kuat dari teori evolusi? karena urutan evolusi menurut phylogenetic tree adalah: ikan -> amfibi -> reptil (dinosaurus) -> mamalia -> manusia. Mohon jawabannya. trims
Desember 15, 2011 pada 12:59 pm
harjo
Dipta, di buku Biologi, karangan Kimball, halaman 761, terdapat foto jejak kaki manusia berdampingan dengan jejak kaki dinosaurus, sebagaimana di dokumentasikan oleh Roland T. Bird. Ini sangat terlihat jelas, silahkan dicek.
Hanya saja, kaum evolusionis justru meng … apa ya istilahnya … (kooptasi?) foto tersebut justru dibilang jejak kaki dinosaurus besar yg berjalan dengan ke-empat kakiknya dengan dinosaurus yg berjalan secara bipedal. Memang luar biasa evolionis ini. Pengaburan informasi menjadi penting buat para evolusionis. Sebab kalau fakta ini benar, tentu betapa berantakannya urut-urutan evolusi yg telah disusun selama ini.
Agustus 5, 2012 pada 11:41 am
Ali Irwanto
salam kenal semua…
meskipun teori evolusi jadi bahan perdebatan yg seksi, saya pikir evolusionis sendiri tetap fokus pada penelitian mereka. ibaratnya adalah anjing menggonggong kafilah berlalu. apalagi ilmuwan geneticist, tujuannya tentu saja bukan sekedar mempertahankan t.evolusi, tapi mengungkap rahasia-rahasia pada makhluk hidup, ga heran meskipun bersandar pada teori evolusi yg katanya “salah”, mereka tetap menghasilkan temuan yg berguna.
saya pikir klo t.evolusi terbukti salah pun, kemungkinan yg meruntuhkan t.evolusi adalah evolusionis sendiri. Kenapa? ya karena mereka yg selalu aktif melakukan penelitian ilmiah. Mereka lebih menghayati hasil penelitian mereka. Inilah lucunya, kaum antievolusi justru menggunakan hasil penelitian mereka untuk menyerang t.evolusi, tak bisakah menggunakan penelitian sendiri? ato paling tidak, munculkan teori alternatif yg bisa diterima konsensus ilmiah.
Konsep perubahan makhluk hidup ke jenis makhluk hidup lain sudah ada sejak zaman keemasan Islam. Ada nama Al Jahiz dan Ibn Khaldun yg mengajukan konsep perubahan makhluk hidup mirip teori evolusi Darwin. Darwin hanya mempertegas konsep tersebut melalui bukunya.
salam
Agustus 31, 2012 pada 11:49 am
harjo
@Ali Irwanto, meminjam istilah Anda, “.. yg bisa diterima konsensus ilmiah” Dari kalimat itu saja sudah jelas, konsensus, bukan berdasarkan hasil riset ilmiah. Jadi, karena yg berkonsensus itu adalah orang2 yg punya gelar profesor, kenamaan, sehingga apa yg menjadi konsensus para org kenamaan itu, dijadikan sebagai bukti. Dan org yg yg masih sedang belajar teori evolusi di bangku sekolah, kuliah, masyarakat awam yg tidak tahu apa2 hanya menerima konsesnsus begitu saja.
Kembali kepada soal bahwa mereka tetap menghasilkan temuan. Sy kira itu bukan karena teori evolusinya.
Keanekaraman species mereka sebut sbg bukti evolus, padahal dalam sudut pandang yg anti evolusi, itu bukan evolusi, karena sudah ada di dalam gene poolnya.
September 10, 2012 pada 3:18 am
Ali Irwanto
konsensus ilmiah yah berdasar hasil riset dong. jurnal mengenai teori evolusi dan penelitian lain yg terkait bisa diproof reading tentu saja oleh mereka yg punya kepakaran di bidang yg bersangkutan. Disebut konsensus ilmiah kan berarti “kesepakatan” yg dibuat oleh orang-orang yg berkecimpung dalam dunia ilmiah. Klo orang di luar dunia akademis, katakanlah seorang chef ato juru masak, atopun mereka yg ada di dunia akademis, murid ato mahasiswa mau menggugat teori evolusi, ndak masalah asal menggugatnya sesuai kaidah ilmiah. Klo, gak secara ilmiah, ya ungkapkan saja sebagai opini pribadi. Evolusionis gak masalah ko klo ada yg beda pendapat mengenai teorinya, asal yg diserang bukan personal evolusionisnya.
“Saya kira bukan karena teori evolusinya”,berarti pendapat pribadi anda kan? Kalau begitu penelitian ilmiah apa yg sudah dihasilkan ilmuwan yg antievolusi untuk membuktikkan bahwa teori evolusi itu salah?
September 11, 2012 pada 8:43 am
harjo
Coba ANda cek, apa arti kata konsensus di sini: http://kamusbahasaindonesia.org/konsensus
apakah, hanya karena di belakangnya diembel-embeli kata ilmiah, sehingga apa yg disebut konsensus, itu berdasarkan hasil riset?
Dan apakah karena yg berkonsensus itu punya gelar profesor kenamaan, sehingga apa yg dikonsuskan itu menjadi bukti ilmiah?
Karena hasil konsensus, sehingga tidak dibutuhkan bukti secara ilmiah juga untuk sesuatu yg memang juga tidak ilmiah di dalam pengungkapkannya. Ingat, hanya konsensus, seperti yg Anda bilang.
Kalau begitu, silahkan Anda buktikan (satu saja, agar diskusi tidak melebar kemana-mana) secara ilmiah kebenaran teori evolusi itu. Dan nanti kita perdebatkan benar tidaknya bukti itu. Buatkan saja di blog anda, nanti saya akan debat disana.
Juli 16, 2013 pada 5:04 am
Teori Evolusi Darwin Dibantah Dalam Al-Qur'an ! Imtaq Online
[…] Mengapa ada penolakan terhadap teori evolusi Darwin … […]
Oktober 15, 2013 pada 3:01 pm
Rajangayal
Saya paling suka ngeliat muslim, kristen n theis2 lainnya, jungkir balik ngeles dewa padahal jelas2 teori evolusi itu teori yang paling kuat buktinya. Pak dosen gak percaya evolusi kan? Jadi kapan itb bikin museum kreasonis macam amerika? Atw malu, udah kuliah biologi lama2 masih aja bisa dikibuli orang gurun primitif?
Januari 25, 2021 pada 11:46 am
Warsono Hadisubroto
Iya, heran saya.
Ragu atau mengkritik suatu teori dalam dunia akademik sih biasa. Kasih aja temuan yang berbeda dengan prediksi teorinya, kan teorinya harus dikoreksi atau diperluas. Contohnya, Einstein mengoreksi Newton.
Mau mengkritik, merevisi, atau memperluas teori evolusi Darwin? Banyak yang sudah melakukannya. Secara rinci genetika telah menunjukkan bagian-bagian mana yang belum bisa dijawab Darwin.
Walaupun begitu empat postulat Darwin dalam The Origin of Species masih merupakan penjelasan teoretik yang baik. Pertama, ada variasi individual dalam spesies. Kedua, sebagian variasi ini menurun pada anak-anaknya. Ketiga, pada setiap generasi lebih banyak anak dilahirkan daripada yang dapat menyintas, dan terakhir, mana yang menyintas dan bereproduksi tidak acak, yang lebih banyak menyintas dan bereproduksi adalah yang punya variasi paling menguntungkan, dan mereka inilah yang lolos seleksi alam.
Kalau ada yang salah dengan empat postulat Darwin ini, tunjukanlah bukti ilmiahnya. Membantah teori ilmiah itu pakai temuan ilmiah hasil penelitian ilmiah, bukan dengan menyitir ayat suci. Lebih parah lagi, sok-sokan mau menggugat teori fondasional dengan mengutip pseudosains karya tukang tipu seperti Harun Yahya. Ini namanya tidak kritis, dan tidak berpikir ilmiah. Ini cuma mencari justifikasi yang terdengar ilmiah untuk menguatkan sentimen yang sudah bercokol berkat doktrinasi dogmatik sejak usia belia. Ini mencocok-cocokkan saja, alias cocokologi.
Pseudosains itu bukan sains. Pseudosains itu pura-pura sains. Seorang akademisi tidak bisa membedakan mana yang sains dan mana yang pseudosains ini gawat. Ini artinya dia tidak menguasai fondasi ilmiah bidang keilmuannya, dan ia tidak kritis. Dengan kata lain, tidak berpikir ilmiah. Saya khawatir bagaimana seseorang yang tidak berpikir ilmiah bisa menjadi pengajar sains. Bagaimana nanti kalau kuliahnya malah jado ajang cocokologi. Bagaimana mutu mahasiswanya? Nilai D bisa direvisi hafalan ayat 1 juz gitu? Gimana maaa depan sains negeri ini?
Juli 26, 2014 pada 8:52 pm
Pengamat
Penilaian
Harjo: menentang teori evolusi dengan argumen yang cerdas dan matang.
Dokter binatang arief: penganut teori evolusi dengan dasar pokoknya percaya dan percaya suka suka dia.
Jadi, dokter binatang arief ini keliatan banget kurang cerdas gitu. Modal ngeyel aja.
Maret 23, 2015 pada 3:58 am
darwinson
Bukti baru kebenaran Darwin
Telah ditemukan di amrika dari keluarga keturunan militer. Dari kakek buyutnya seterusnya merupakan tentara. Terlahirlah seorang bayi dengan pistol di kedua tangannya.
Seekor ikan hiu melompat dari laut menerkam burung membuatnya terdampar di rerumputan. sekian lama ia hanya makan rumput maka akhirnya jadialah ia seekor kambing.
Desember 9, 2020 pada 7:03 pm
Warsono Hadisubroto
Ketahuan nggak ngarti teori evolusi Darwin itu seperti apa.
Komentarmu ini mempermalukan diri sendiri, sadar nggak?
Oktober 3, 2015 pada 7:19 pm
PEMBELOKAN SEJARAH (PART 2) | arsoen | the ari soendjaja's blog
[…] Evolusi – Harun YahyaTEORI EVOLUSI CHARLES DARWIN « Gunawan’s SiteMengapa ada penolakan terhadap teori evolusi Darwin …VIVAnews – 24 November 1859: Teori Evolusi Darwin DiterbitkanMissing […]
November 7, 2015 pada 4:48 pm
Ainur Rofiq
Selesai berdebat dengan teori, masih teori kenapa diberdebatkan ? mari wujudkan aksi nyata bersama – sama menghentikan pengajaran materi manusia purba (yang dikaitkan dengan teori darwin) di pelajaran sejarah (IPS). karena jelas bukan merupakan peradaban manusia yg perlu dipelajari . mari gabung di https://www.facebook.com/groups/perduli.sekolah/
Agustus 17, 2018 pada 6:56 am
MaríaEsteban
Kung plano mong gamitin ang mga ito kaagapay ng pisikal na mga exercises, kung gayon dapat mong tanggapin ang positibong mga pakinabang na iyong hinahanap. Isang tubo lang ay sapat na upang makuha ang makabuluhan at matibay na resulta: hanggang 4-6 cm. titan gel Matindi at pangmatagalang pag-orgasm. Pagpapabuti ng kalidad at dami ng esperma. Pagpapadulas sa oras ng pakikipagtalik (kung ipapahid mo ito bago ang seks). Ang epekto ng Titan Gel ay dulot ng 100% likas na mga sangkap nito.
Juni 8, 2020 pada 2:51 am
Warsono Hadisubroto
Setuju, deh, kalau teori alternatif seperti kreasionisme perlu disampaikan kepada siswa secara proporsional.
Proporsinya adalah ditulis dalam satu kalimat yang menjelaskan bahwa Inteligent Design atau kreasionisme adalah hipotesis yang gagal dan tidak membantu perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Mei 4, 2021 pada 3:50 am
Yoga
Setelah Harun Yahya dipenjara, apakah buku yg dia tulis relevan lagi?
Oktober 12, 2021 pada 1:28 pm
Warsono Hadisubroto
Bahkan sebelum Harun Yahya dipenjarakan, bukunya sama sekali tidak layak dibaca. Tidak bermutu. Tidak sepatunya diperdebatkan. Buang saja ke tempat sampah.
Dipenjara atau tidak dipenjara, buku Harun Yahya tidak pernah relevan dengan sains.