Dalam Islam, beraneka suku dan bangsa itu mendapat tempat terhormat, karena Allah SWT memang telah menjadikan umat manusia itu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku, supaya kita saling kenal mengenal. Dasar untuk pengenalan itu selain persamaan adalah perbedaan atau variasi, baik secara morfologi seperti ukuran tubuh, warna kulit, bentuk dan warna rambut, warna mata, bentuk rahang, hidung, dsb. Perbedaan yang ada merupakan sumber variasi, merupakan kekayaan genetis yang penting untuk menjaga keberlangsungan spesies manusia di muka bumi, dalam mengantisipasi perubahan lingkungan dan alam. Perbedaan2 morfologis atau fisik terjadi diantaranya sebagai bentuk adaptasi terhadap kondisi lingkungan yang berbeda, baik secara spasial maupun secara temporal.

Kendati berbeda secara fisik, umat manusia adalah satu species, sehingga setiap suku bangsa yang berbeda-beda itu dapat kawin dan menghasilkan keturunan yang fertil. Secara biologis, menghasilkan keturunan yang fertil itu penting untuk indikasi satu spesies. Kita tahu kuda dan keledai adalah dua spesies yang berbeda, karena kendati dapat kawin dan menghasilkan keturunan yang disebut sebagai bighal, namun bighal ini ketika kawin dengan sesama jenisnya tidak akan menghasilkan keturunan. Sedangkan umat manusia, apakah itu orang Amerika, Eropa, India, Arab yang ukuran tubuhnya tinggi besar, ketika kawin dengan bangsa kita yang ukuran tubuhnya relatif kecil dan pendek tetap akan menghasilkan keturunan, karena umat manusia dimanapun mereka, suku bangsa apapun mereka, secara biologi adalah satu spesies: Homo sapiens sapiens.

Faktor yang membedakan antara suku bangsa satu dengan yang lainnya adalah peradabannya, ada yang maju, ada yang berkembang, ada yang masih terbelakang. Dalam peradaban ada unsur ideologi, agama, tatakrama atau etika, rasa kemanusiaan dan keadilan, teknologi dan sosial budaya. Bangsa barat yang pernah menjajah bangsa2 di Asia dan Afrika secara peradaban teknologi, kecerdasan dan kekuatan jelas lebih kuat dari bangsa yang Asia dan Afrika yang pernah mereka jajah, akan tetapi secara kemanusiaan dan keadilan ketika mereka menjajah dengan melakukan pemaksaan kehendak dengan kekerasan terhadap bangsa lain, dengan tak segan menumpahkan darah atau membunuh sesamanya, mereka telah men-down grade jati diri kemanusiaannya pada level yang terendah, level “asfala safiliin” atau “the lowest of the low”, yang terendah serendah-rendahnya.

Lalu peradaban seperti apakah yang terbaik? Ciri peradaban yang terbaik yang utama adalah mendasarkan dirinya pada keyakinan akan adanya satu dan hanya satu Zat Yang Maha Kuasa, yang menciptakan dan mengatur kehidupan di muka bumi ini, yaitu Tuhan Yang Maha Esa, Yang Maha Agung: Allah SWT. Konekwensi dari pengakuan itu adalah bahwa peradaban tersebut harus bulat-bulat menyerahkan dirinya untuk tunduk patuh pada aturan yang telah dibuat oleh Sang Maha Pencipta. Itu artinya peradaban itu tidak boleh membuat aturan yang melanggar hukum2 yang telah dibuat oleh Sang Maha Pencipta. Inilah yang saya yakini sebagai esensi dari sila pertama dari dasar negara kita, yakni Ketuhanan Yang Maha Esa. Dan para founding fathers negara kita sudah benar dengan menempatkan sila ini pada posisi pertama, bukan ketiga apalagi kelima, dalam Pancasila.

Kebenaran, keadilan dan hal-hal baik pada kemanusiaan, termasuk dalam interaksi manusia dengan makhluk hidup lainnya dan dengan lingkungan tempat hidupnya, merupakan nilai-nilai universal bagi umat manusia, dan ini merupakan hal-hal yang esensial dalam ajaran Islam. Ini karena Islam adalah ajaran yang universal untuk seluruh umat manusia di muka bumi ini, bukan hanya untuk suatu bangsa tertentu i.e. bangsa Arab yang merupakan asal dari nabi Muhammad saw. Bahkan Islam merupakan ajaran yang menjadi rahmat bagi semesta alam, dan relevan hingga akhir jaman.


Kemarin saya diingatkan oleh seorang teman bahwa nama Abu Lahab itu diabadikan dlm Al Qur’an padahal dia bukanlah orang yang kejam secara fisik thd Rasulullah SAW atau umat Islam, tetapi Abu lahab adalah seorang yang menjadi seteru Rasulullah dan da’wah Islam dalam konteks perang opini.

Abu Lahab sangat membenci Islam dan itu dinyatakannya dengan kata-kata yang provokatif dan menghinakan Rasulullah SAW dan Islam. Allah SWT mentakdirkan Abu lahab mati dengan cara yang mengenaskan dengan tubuhnya seperti terkelupas dan menimbulkan bau yang sangat sehingga tidak ada yang sanggup merawatnya. Di akherat dia dan isterinya sang penyebar fitnah akan merasakan siksa yang lebih dahsyat sebagaimana yang tertuang dlm Al Qur’an surat Al Lahab (Al Massad).

Saat ini perang opini, gossip, hujat-menghujat sangat mudah dibroadcast via media atau jejaring sosial spt facebook ini untuk membentuk opini kebencian dan pembunuhan karakter terhadap seseorang atau sekelompok orang atau suatu partai tertentu. Barangkali kisah Abu Lahab ini dapat mengingatkan kita agar kita tidak gegabah dalam berbicara, menyebar gossip apalagi fitnah, apalagi terhadap mereka-mereka yang telah bekerja untuk da’wah dan kejayaan Islam.


Sejak beberapa waktu ini muncul wacana pembubaran partai, satu atau beberapa partai. Ada juga bahkan yang memunculkan wacana Indonesia tanpa partai.

Masalahnya dalam kehidupan berdemokrasi, adanya partai menjadi sebuah keniscayaan. Partai menjadi saluran aspirasi rakyat yang terdiri atas berbagai golongan, suku, agama, garis perjuangan, kesamaan cita-cita, kedaerahan dsb.

Anda suka atau tidak dengan partai-partai, kehidupan berbangsa dan bernegara yang demokratis dengan penyaluran aspirasi melalui partai-partai itu akan terus berjalan. Jadi, menurut saya sih daripada memaki-maki partai dan atau sistem demokrasi, lebih baik anda bikin partai sendiri yang akan anda jamin bersih-sehat-bebas korupsi seideal mungkin dengan para pimpinannya terpilih sebersih malaikat.

Monggo mas …


sunset @ the end of 2012

waiting for the sunset at the end 2012


Kawah putih merupakan kawah di Gn. Patuha, terletak di sebelah selatan Bandung, masuk dalam wilayah Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Para wisatawan yang berkunjungke kawah ini dapat langsung berdekatan dengan kawah.


Barangkali memang sifat dasar manusia yang ingin segera melihat dan mendapatkan hasil dari apa yang telah diusahakannya. Kalau bisa apa yang diusahakan sekarang, sejam bahkan semenit atau sedetik kemudian inginnya sudah ada hasilnya.

Jarang yang sabar menunggu hasil dalam waktu yang lama, karena itu jarang yang mau berusaha dengan hasil jangka panjang, setahun, mungkin sepuluh tahun, mungkin beberapa puluh tahun.

Mereka yang mampu melihat jauh kedepan dan mempersiapkan diri sejak dini hari apa-apa yang nanti kemungkinan besar atau pasti akan dihadapinya pastilah meraka termasuk golongan orang-orang yang sabar, teguh pendirian dan tidak mudah menyerah atau putus asa oleh tantangan, cobaan dan halangan yang mungkin akan menghadangnya dalam mengejar impian jangka panjangnya itu.

Sering terjadi bahwa barang yang terbaik itu bukan yang segera didapatkan sambil lalu, tetapi yang telah jauh-jauh hari dikaji, perlu usaha keras dan perlu menabung lama.

Sejauh-jauh target manusia dalam skala waktu adalah kehidupan akheratnya yang pasti akan datang. Bila kita menginginkan kehidupan akherat yang baik dan membahagiakan, dan terbebas dari azab api neraka yang dahsyat dan memilukan, maka pertanyaannya: sudah cukupkah bekal yang kita bawa sebagai tiket masuk ke surga tersebut?


http://www.facebook.com/profile.php?id=1643109281


Bamboo shelter project ini dibuat oleh Prof. Bando Taaki dari (Musashino Art University, Tokyo), saat ini dipajang di kampus ITB. Bola bambu ini tersusun dari 740 potong bambu berukuran sekitar 75 cm. Diameter bangunan bola ini sekitar 7 m. Didalam bola diletakkan panggung untuk pentas atau pertunjukan. Dalam pembuatannya melibatkan pengrajin bambu di Tasikmalaya.

Ide pembuatan struktur bola ini adalah untuk memberikan alternatif struktur bangunan yang tahan gempa. Struktur bola dinilai paling stabil terhadap gempa, Selain itu pemilihan bahan bakunya dari bambu yang ringan namun cukup kokoh akan sangat mengurangi resiko jatuhnya korban tertimpa struktur bangunan ketika terjadi gempa skala besar.

Prof Taaki akan memberikan kuliah terbuka yang mengenai Bamboo Shelter Project ini pada Hari Senin, pk.13:00 di Ruang Seminar FSRD (lantai 2 gedung FSRD, di atas Galeri Soemardja).



Nature provides miraculous phenomena, from a small scale world of the cell to a big scale of the universe. Thanks to those who invent a microscope, from the most primitive one which was created by Robert Hook to today’s the most sophisticated electron microscope.

I always have a passion of taking a picture of plants, flowers, animal, landscape and people since I borrowed a camera of my father when I was in Senior High School (1977-1980). later on when I was a student in a university (ITB), during the period of 1980-1987, I used also my father’s camera to take some pictures of my research objects to put them in my thesis. I bought several cameras when I studied my PhD, from pocket to a proper gear. But at that time when the camera still using a film and we have to develop the negative, photography is an expensive hobby.

Nowadays in digital era, we don’t have to buy a film and later on there is no neeed to develop it. Digital camera enabling us to take thousands of pictures in a short time, and we just need to save them in our computer, later on we can show them to our families or colleagues by means of blog, website, facebook, email, twitter, even just by uploading it in our Blackberry phone. It just becoming so simple.

Since the era of digital camera, I have bought several pocket cameras, the first one is Ricoh 2 megapixel (?), and then Mpix with 5 Megapixel, later on Sony Cybershot (8 Mpixel). The last one was stollen, and then I bought another pocket camera, stil Sony (12 Mpixel). I even bought a Nikon DSLR camera for my daughter as she need it for her “Photography” course in DKV-ITB in 2008. In 2011 I won a research grant from the ASAHI Foundation which I used for buying some research appartus including a Canon DSLR camera.

Mei 2024
S S R K J S M
 12345
6789101112
13141516171819
20212223242526
2728293031  

Klik tertinggi

  • Tidak ada

RSS Feed yang Tidak Diketahui

  • Sebuah galat telah terjadi; umpan tersebut kemungkinan sedang anjlok. Coba lagi nanti.